REMAJA Islam Sunda Kelapa menggelar kegiatan kedua dalam rangkaian Ramadhan Bersama RISKA (RBR) 1445 H yaitu Anjangsana Sosial RISKA (ANSOR) bertempat di Rumah Belajar Merah Putih di Cilincing, Jakarta Utara pada Minggu (24/3).
Anjangsana Sosial hadir dalam bentuk beragam kegiatan menyenangkan yang bermanfaat untuk anak-anak dan para ibu di lingkungan sekitar. Mengambil lokasi di bawah jembatan yang berada tepat di depan Rumah Belajar Merah Putih, para peserta tampak bersemangat mengikuti rangkaian acara Anjangsana Sosial RISKA.
“Persiapan pelaksanaan Anjangsana Sosial RISKA sudah kami persiapkan sejak bulan Desember lalu. Awalnya kami mensurvei, tempat mana di Jakarta yang bisa kami berikan bantuan sosial. Setelah mendapat banyak cerita dari Ibu Desi selaku pemilik Rumah Belajar Merah Putih, kami akhirnya memutuskan untuk menggelar acara di sini,” papar Faris Lukmanul Hakim, Ketua Panitia Anjangsana Sosial RISKA saat ditemui Farah.id di lokasi acara.
Rumah Belajar Merah Putih adalah sebuah tempat pendidikan nonformal bagi anak-anak di wilayah kampung nelayan. Di sana mereka bisa belajar mengaji mulai dari program Iqra hingga Tahsin, juga diberikan pelajaran tentang adab dan akhlak. Ada pula pembelajaran Paket A, B, dan C. Kegiatan di Rumah Belajar Merah Putih dilakukan sepulang mereka dari sekolah.
“Ternyata banyak kisah di balik eksistensi Sekolah Merah Putih yang membuat hati tergugah. Pertama, background murid-muridnya yang beragam. Di antaranya, ada ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang menjadi korban pelecehan seksual tapi dia tetap bersemangat untuk mengaji, ada juga anak korban kekerasan orang tuanya, dan kebanyakan adalah anak yatim. Intinya, banyak dari mereka yang tidak merasakan' rumah',” kata Faris lagi.
Anjangsana Sosial RISKA dimulai sejak pagi hari dengan acara Pesantren Ramadhan, anak-anak diajak untuk lebih mengenal makna puasa dan pahala besar yang dijanjikan Allah Swt. bagi siapa yang mengerjakannya dengan khidmat dan berhasil menjauhkan diri dari berbagai hal yang mengurangi nilai puasa.
“Berangkat dari keinginan pemilik Rumah Belajar Merah Putih yang mengatakan sampai saat ini anak-anak belum pernah merasakan pesantren Ramadhan. Selama ini, kegiatan mereka selama bulan suci hanya sebatas mengaji dan buka puasa bersama,” ujar Faris.
Dalam Pesantren Ramadhan, RISKA bersama NUSANTARA CARE menyalurkan bantuan bagi 150 peserta acara yang merupakan anak yatim dan dhuafa yang terdaftar sebagai murid di Sekolah Belajar Merah Putih.
“Alhamdulillah terkumpul 67 juta rupiah dari donasi publik yang kami belikan paket berbagi untuk 150 anak. Setiap paket berisi baju muslim (untuk anak laki-laki atau anak perempuan), sarung atau mukena, sajadah, dan uang tunai. Ada pula alat tulis dan perlengkapan belajar, tapi diberikan untuk Rumah Belajar Merah Putih,” jelas Faris.
Menariknya, RISKA tak hanya fokus pada anak-anak tapi juga ibu-ibu yang ada di lingkungan sekitar kampung nelayan. Mengetahui bahwa Rumah Belajar Merah Putih juga memiliki program pengajian untuk para ibu, panitia Anjangsana Sosial menghadirkan Ustadz Reno Fathur untuk mengisi pengajian ibu-ibu yang digelar setelah salat Zuhur berjemaah.
“Kami juga memberikan 40 jilbab untuk ibu-ibu peserta pengajian. Kami mengapresiasi kisah hijrah mereka. Ada yang dulunya bekerja sebagai (maaf) PSK, penghibur di kafe, juga rentenir, mereka kemudian berhijrah dan bertekad menjadi muslim yang jauh lebih baik,” cerita Faris.
Tak hanya mendapat siraman rohani, anak-anak juga diajak untuk memanfaatkan waktu dengan aktivitas yang menyenangkan yaitu mewarnai. Berkolaborasi dengan komunitas seni NGAKARYA, anak-anak diajak untuk mengeksplorasi warna untuk memperindah gambar yang disediakan.
Dibagi ke dalam beberapa kelompok, anak-anak SD dengan antusias mewarnai gambar masjid, sementara anak SMP dan SMA mewarnai sekaligus menambahkan gambar yang sesuai dengan cita-cita mereka.
Sementara itu, para remaja dan ibu-ibu dikenalkan dengan pembuatan kerajinan macrame. Kerajinan yang sedang hits ini bisa menjadi produk bernilai ekonomis yang dapat dijual untuk menambah pemasukan rumah tangga.
Anjangsana Sosial RISKA juga diisi kegiatan Story Telling oleh Kak Oco dan percobaan sains tentang aktivitas gunung berapi.
Komunitas NGAKARYA juga mempersembahkan karya mereka untuk Sekolah Belajar Merah Putih berupa mural di dinding yang mempercantik penampilan interior sekolah. Mural ini sekaligus menjadi harapan agar anak-anak yang belajar di Sekolah Belajar Merah Putih selalu ceria dan bersemangat untuk menimba ilmu dan keterampilan, khususnya ilmu agama.
Ingin menjadi bagian dari solusi, Faris menyatakan keinginan agar bantuan yang diberikan dalam Anjangsana Sosial RISKA tidak berakhir hanya dalam satu hari.
“Saya dan beberapa teman insya Allah berikhtiar tidak hanya memberi di hari ini saja. Seperti yang kami lakukan beberapa waktu sebelum pelaksanaan acara, kami juga sudah membersamai anak-anak Sekolah Belajar Merdeka dengan kegiatan mewarnai dan mengadakan kajian kecil-kecilan bersama ibu-ibu. Insya Allah kami bisa satu bulan sekali berkunjung ke Sekolah Belajar Merah Putih untuk melaksanakan kajian juga memberikan bantuan,” ungkap Faris.
KOMENTAR ANDA