DEWAN Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menuntut gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza sekaligus pembebasan semua sandera. Amerika Serikat memilih abstain dalam pemungutan suara tersebut.
Sebanyak 14 anggota dewan yang tersisa memberikan suara mendukung resolusi yang diusulkan oleh 10 anggota dewan terpilih. Ada tepuk tangan meriah di ruang dewan setelah pemungutan suara pada hari Senin (25/3).
Resolusi tersebut menyerukan gencatan senjata segera pada bulan puasa Ramadan, yang akan berakhir dua minggu lagi, dan juga menuntut pembebasan semua sandera yang ditangkap dalam serangan pimpinan Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober.
“Pertumpahan darah telah berlangsung terlalu lama,” kata Amar Bendjama, duta besar dari Aljazair, anggota Dewan Keamanan blok Arab sekaligus sponsor resolusi tersebut.
“Pada akhirnya, Dewan Keamanan memikul tanggung jawabnya,” imbuh Bendjama.
AS telah berulang kali memblokir resolusi Dewan Keamanan yang memberikan tekanan pada Israel namun semakin menunjukkan rasa frustrasi terhadap sekutunya ketika korban sipil meningkat dan PBB memperingatkan akan terjadinya kelaparan di Gaza.
Berbicara setelah pemungutan suara, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield menyalahkan Hamas atas keterlambatan dalam mengeluarkan resolusi gencatan senjata.
“Kami tidak setuju dengan semua resolusi tersebut,” yang menurutnya menjadi alasan AS abstain.
“Beberapa perubahan penting diabaikan, termasuk permintaan kami untuk menambahkan kecaman terhadap Hamas,” kata Thomas-Greenfield.
Dia menekankan bahwa pembebasan tawanan Israel akan meningkatkan pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong pantai yang terkepung.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kegagalan AS untuk memveto resolusi tersebut merupakan kemunduran signifikan dari posisi sebelumnya. Resolusi DK PBB ini jelas merugikan upaya perang melawan Hamas serta upaya untuk membebaskan tawanan Israel yang ditahan di Gaza, demikian dilansir Al-Jazeera.
KOMENTAR ANDA