DATA Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa kurma impor terbanyak yang ada di Indonesia berasal dari Tunisia. Dan ditegaskan Plt. Kepala BPS Amalia Widyasanti, Indonesia tidak mengimpor kurma dari Israel.
“Tidak ada impor kurma yang berasal dari Israel, karena data BPS menunjukkan impor terbesar kita dari Tunisia, kemudian Mesir, Iran, juga Arab Saudi,” ujar Amelia di Jakarta baru-baru ini, dikutip dari ANTARA.
Memasuki bulan Ramadan, impor komoditas kurma mengalami peningkatan baik secara volume maupun nilai ekonominya.
Pada Februari 2024, tercatat nilai impor kurma sebesar 17,81 juta dolar AS, naik 25,77 persen dibandingkan bulan Januari dengan nilai 13,66 juta dolar AS.
Sementara secara volume, impor kurma di bulan Februari tahun ini tercatat sebanyak 11,24 ribu ton. Angka tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai impor di bulan yang sama pada tahun 2023 yaitu 12,79 ribu ton.
Karena itulah BPS menilai impor kurma pada tahun ini relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Sedangkan dari nilai impor barang secara keseluruhan, impor Indonesia di bulan Februari 2024 mencapai 18,44 miliar dolar AS. Meskipun angka itu mengalami penurunan 0,29 persen secara bulanan, nyatanya angka itu naik 15,84 persen secara tahunan.
Penurunan nilai impor bulanan dipengaruhi oleh kelompok bahan baku/penolong. Sementara peningkatan nilai impor tahunan disumbangkan oleh kelompok barang konsumsi, bahan baku/penolong, serta barang modal.
Di tengah kondisi perekonomian termasuk ekspor impor yang masih belum 100 persen positif, Indonesia memperpanjang catatan surplus beruntun selama 46 bulan berturut-turut.
Meskipun angka surplus masih lebih rendah dibanding bulan sebelumnya maupun bulan yang sama di tahun lalu, Indonesia alami surplus neraca perdagangan senilai 0,87 miliar dolar AS.
KOMENTAR ANDA