BEBERAPA sekolah sudah mulai meliburkan siswa-siswinya jelang perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah. Biasanya, orang tua memilih untuk memudikkan anak-anak lebih awal agar tidak berdesak-desakan. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi, ada pula yang naik angkutan umum seperti kereta api, bus, kapal laut, maupun pesawat terbang.
Mudik menggunakan kendaraan pribadi seringkali dianggap lebih praktis, meskipun berisiko pada kesehatan tubuh. Di antara para pemudik memilih waktu setelah berbuka atau usai sahur untuk memulai perjalanan pulang ke kampung halaman. Tapi, sebenarnya mana waktu yang tepat untuk mudik di waktu puasa?
Seorang dokter spesialis penyakit dalam di sebuah rumah sakit di kawasan Tangerang Selatan, Rudi Kurniawan menjelaskan, sebenarnya tidak ada waktu khusus untuk mudik, baik itu setelah sahur maupun berbuka puasa. Yang terpenting adalah kesiapan fisik untuk melakukan perjalanan jauh.
Tetapi, jika hendak dibandingkan, ia menyarankan agar pemudik memulai melakukan perjalanan setelah berbuaka puasa (malam hari). Hal ini utamanya berlaku bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, salah satu alasannya adalah leluasa untuk ngemil yang bisa membantu menstabilkan gula darah di malam hari. Atau orang yang punya riwayat penyakit dan harus minum obat tertentu.
“Jika dilakukan setelah sahur, selama perjalanan harus berpuasa, khawatir gula darahnya anjlok dan justru membahayakan nyawa,” ujar Rudi.
Namun, lanjut dia, di luar itu semua, yang terpenting adalah perssiapan yang matang untuk melakukan perjalanan panjang. Rudi menyarankan kepada para pemudik untuk menjaga tubuh tetap sehat, karena dengan tubuh prima mudik setelah sahur atau berbuka puasa jadi tidak masalah.
“Mau jam berapapun mudiknya, asalkan stamina oke, pasti akan aman,” ucapnya.
KOMENTAR ANDA