KASUS flu Singapura atau hand, food, and mouth disease (HFMD) di Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup tajam. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI pada minggu ke-11 di 2024, tercatat ada lebih dari 5.000 pasien yang terinfeksi. Dari total tersebut, sebanyak 738 kasus tercatat ada di provinsi Banten.
Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan TBC (KOPI TB) Pro dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) dalam kosferensi pers PB IDI yang dilakukan secara daring pada 28 Maret 2024 menjelaskan, penularan utama flu Singapura adalah melalui makanan dan kotoran manusia atau disebut juga sebagai fekal oral.
Hal ini terjadi saat seseorang menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus tanpa mencuci tangan, kemudian menyebabkan virus tersebut masuk melalui makanan. Selain itu, virus juga dapat menyebar melalui droplet Ketika si penderita batuk, bersin, atau berbicara.
Sementara itu, dokter spesialis anak Edi Hartoyo dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, flu Singapura secara umum tergolong ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, keramaian seperti momen mudik Lebaran, berpotensi mempercepat penyebarannya, terutama pada bayi dan balita.
“Karena ringan orang tua terkadang tidak sadar kalau anaknya kena flu Singapura, lalu pulang kampung saja nai bus, kumpul dengan orang banyak. Inilah mengapa risikonya kemudian bisa sangat luas,” ujar Edi, dikutip dari BBC News Indonesia, Rabu (3/4/2024).
Kenali ciri dan gejala flu Singapura
Flu Singapura menginfeksi tangan, kaki, dan mulut penderita. Ini adalah Kumpulan gejala berupa lesi kulit (benjolan, bercak, atau luka) yang disebabkan oleh virus coxsackie dan entrevirus. Penyakit ini biasanya menyerang bayi dan balita kurang dari lima tahun. Sedangkan orang dewasa sangat jarang terkena penyakit ini, namun lebih berpotensi menjadi pembawa atau carrier.
Ciri khas penyakit ini adalah munculnya lesi kulit pada telapak tangan, telapak kaki, dan mulut. Anak yang terinfeksi biasanya mengalami demam dan kehilangan nafsu makan.
Meskipun tergolong penyakit ringan dan dapat disembuhkan, tetapi orang tua tetap waspada Ketika gejala-gejala mengarah pada infeksi berat, seperti demam tinggi di atas 39 derajat Celsiun, napas cepat, dan kejang.
Perlu diketahui, salah satu komplikasi berbahaya dari flu Singapura adalah dapat menyerang otak sehingga menyebabkan meningitis dan ensefalitis, meskipun jarang terjadi.
“Kalau ada anak nyeri kepala, kaku duduk, tidak sadarkan diri, kejang, koma, bahkan menyebabkan kelumpuhan, segera bawa ke rumah sakit. Virus ini tidak menghasilkan kekebalan, dalam arti siapapun yang pernah kena tetap bisa kena,” jelas Edi.
Flu Singapura juga berbeda dengan sariawan biasa yang hanya muncul di mulut. Ketika mendapati anak dengan lesi dimulut, segera periksa telapak tangan dan kaki untuk memastikan apakah itu sariawan atau flu Singapura.
Sejauh ini belum ada antivirus yang secara khusus dapat menangani kasus flu Singapura. Vaksinasi khusus juga belum tersedia. Jadi, buat anak yang terinfeksi, istirahatlah dengan cukup, makan banyak, minum cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Berikan makanan bernutrisi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga tidak membutuhkan pengobatan yang spesifik.
KOMENTAR ANDA