PUNCAK dari kewajiban berpuasa adalah agar manusia bertakwa. Sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 183, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Di detik-detik berakhirnya Ramadan, perlu dipertimbangkan Kembali apakah target takwa tersebut sudah tercapai? Apa benar ketakwaan itu telah terpatri di hati masing-masing umat?
Takwa merupakan pusat dari perjalanan spiritual kaum muslimin selama mengisi bulan Ramadan. Jalaluddin Rakhmat dalam buku Madrasah Ruhaniah (2005: 80) menjelaskan, ada lima tanda orang bertakwa yaitu keimanan pada yang gaib, pengabdian kepada Allah Swt, antara lain dengan menegakkan salat.
Kemudian perkhidmatan kepada sesama manusia, kepercayaan pada apa yang diturunkan kepada Rasulullah Saw dan nabi-nabi sebelumnya, serta keimanan kepada hari kiamat.
Apabila lima rukun takwa itu dipenuhi, Allah berjanji akan memberi dua anugerah kepada manusia, yaitu petunjuk dan kebahagiaan. Rasa-rasanya kelima tanda tersebut dapat diraih bersama ibadah Ramadan.
Namun, untuk benar-benar sampai ke level tersebut baiknya dipahami terlebih dulu beberapa hal berikut ini:
Takwa tidak dapat diukur
Penting untuk dipahami bahwa takwa bukanlah sesuatu yang dapat diukur secara kasat mata. Takwa bukan hanya tentang menjalankan kewajiban-kewajiban agama dalam bentuk ritual belaka, tetapi tentang memberi makna pada setiap tindakan, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, dengan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap detak jantung kita.
Refleksi hubungan manusia dengan Sang Pencipta
Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, tentunya dalam rangka terus memperbaiki kualitas takwa. Manusia diwajibkan untuk meningkatkan ibadah, seperti salat, zikir, dan doa. Namun terkadang manusia terjebak dalam rutinitas dan melupakan makna sejati di balik ibadah-ibadah tersebut.
Saat manusia melaksanakan ibadahnya dengan baik, salat tepat waktu, rukunnya terpenuhi, hal lain yang perlu ditanyakan adalah apakah merasakan kenikmatan hingga senantiasa merindukan salat?
Maka, menjadi lebih bijak jika target takwa adalah untuk mendekatkan diri lebih banyak kepada Allah dalam setiap ibadah yang dilakukan. Bersama itu pula muncul kesadaran yang lebih besar akan kehadiran-Nya dalam setiap detik hidup manusia.
Waktu untuk memperkuat hubungan antar manusia
Ramadan juga merupakan waktu untuk memperkuat hubungan dengan sesama, baik dengan keluarga, tetangga, teman, dan bahkan orang asing. Dalam kerangka ini, maka target takwa adalah untuk menjadi lebih baik dalam memaafkan, memberikan bantuan, dan berempati.
Penting pula untuk diingat bahwa perjalanan menuju takwa tidaklah mudah. Semua manusia rentan terhadap kesalahan dan kekhilafan. Tapi, tidak berarti harus menyerah.
Waktu bertaubat dan memperbaiki diri
Ramadan adalah waktu untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Dengan modal takwa, manusia hendaknya tetap berusaha dan tidak menyerah pada godaan.
Pada akhirnya, menyoal target takwa pada Ramadan adalah tentang memberikan makna pada ibadah, memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama manusia, dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Tidak ada ukuran pasti untuk takwa, tetapi dengan melakukan yang terbaik dan memperbaiki diri setiap hari, target takwa insya Allah tercapai. Semoga Allah Swt memberkahi ibadah Ramadan kita dan dengan keridaan-Nya kita mampu meraih takwa.
KOMENTAR ANDA