TIDAK terasa kita sudah menapaki beberapa hari di bulan Syawal. Kebahagiaan berlebaran hendaknya tidak melalaikan umat Islam dari hakikat Syawal itu sendiri, karena Allah menyediakan Syawal sebagai peningkatan. Jadi, dengan berlalunya Ramadan bukan berarti merosotnya kualitas diri sebagai hamba-Nya, melainkan mengalami kenaikan yang membanggakan.
Ini merupakan tantangan yang mengejutkan bagi sebagian pihak yang tidak mengetahui rahasia Syawal. Apalagi selama ini kita mengira Ramadan sebagai bulan full ibadah dan Syawal adalah perayaan kemenangan.
Amarulloh Syarbini dalam buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah (2012: 19-20) menerangkan, jika kita perhatikan skenario Allah Swt yang terdapat dalam bulan suci Ramadan, kita akan memahami runtutan nama-nama bulan itu sendiri.
Setelah Ramadan (bulan pembakaran) berakhir dengan datangnya Idui Fitri (secara bahasa berarti kembali suci), kaum muslimin memasuki bulan Syawal (bulan peningkatan). Hal ini mengandung hikmah bahwa Ramadhan merupakan proses pembakaran mental dan spiritual agar manusia kembali fitrah dan mampu meningkatkan kualitas ibadah setelah mendapatkan derajat ketakwaan yang tinggi.
Ramadan tidak boleh benar-benar ditinggalkan, sebab nuansa sucinya harus dijaga. Ramadan memberikan bekal takwa yang merupakan modal penting dalam peningkatan kualitas diri. Saat Ramadan kita berpuasa dalam situasi orang-orang di sekeliling juga berpuasa. Tidak hanya kita yang menahan lapar dahaga, tetapi juga masyarakat sekitar. Artinya, ibadah puasa dijalankan dalam suasana yang sangat kondusif.
Kini, kita berpuasa sunah enam hari di bulan Syawal, tatkala di sekeliling orang-orang makan dan minum secara terbuka, atau bahkan di depan mata. Namun, dengan bekal takwa yang kuat, kita mampu menjalani puasa sunah tersebut.
Saat Ramadan, kita terbangun oleh seruan sahur sehingga berkesempatan menunaikan shalat Tahajud terlebih dulu. Kini, tidak seruan itu tidak ada, inisiatiflah yang membangunkan diri sendiri. Melawan rasa penat dan menaklukkan kemalasan demi menegakkan salat Tahajud.
Di bulan inilah ibadah dilakukan dalam keadaan yang kurang mendukung. Tetapi ketakwaan adalah bekal paling utama.
Syawal bukanlah sembarang nama, namun mengandung cita-cita amat mulia. Dari makna Syawal ini kita dapat mengukur seberapa dahsyatnya derajat takwa yang diperoleh selama Ramadan.
Ramadan bukanlah akhir dari perjalanan spiritual dan Syawal menjadi pelanjut dari kesucian Ramadan. Syawal mengukuhkan Ramadan sebagai bulan pembakaran dosa-dosa, sehingga umat Islam kembali kepada fitrah. Tujuan berpuasa Ramadan adalah takwa dan dengan modal itu kita mampu meraih peningkatan.
KOMENTAR ANDA