Potret ibu dan anak yang bahagia/Freepik
Potret ibu dan anak yang bahagia/Freepik
KOMENTAR

MEMILIKI anak yang beranjak remaja, katakanlah saat ia lulus dari bangku sekolah dasar, memang menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua di zaman now.

Ada istilah FOMO (Fear Of Missing out), YOLO (You Only Live Once), hingga FOPO (Fear Of People Opinion) yang kerap membuat orang tua kebingungan untuk menghadapi buah hati yang beranjak remaja.

Perlahan-lahan, remaja kita mengambil ‘jarak’. Secara fisik, dia lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar. Mulai merasa risih jika dipeluk. Mulai lebih banyak berkumpul dengan teman-teman untuk hangout daripada jalan bareng keluarga.

Jika dulu orang tua kita dengan mudah berbicara dengan suara lantang bahkan memberi hukuman fisik jika kita melanggar peraturan, maka kondisi itu sudah tidak bisa diterapkan lagi mentah-mentah. Dalihnya, remaja masa kini rentan gangguan kesehatan mental. Padahal kita sebagai orang tua bersusah payah untuk membentuknya menjadi manusia baik. Namun ternyata sulit bagi mereka untuk baik-baik saja.

Psikolog Intan Erlita dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa komunikasi adalah kunci dalam membangun hubungan harmonis dengan remaja. Tapi ya, kembali lagi pada kenyataannya, komunikasi itu juga susah susah gampang.

Menjalin komunikasi yang bisa diterima remaja memang tidak gampang. Tapi pada intinya, anak memang membutuhkan seseorang yang mampu menjadi SAHABAT. Remaja ingin didengar, ingin dipahami, ingin dibantu saat memiliki masalah.

Dan jika kita—orang tuanya—hanya bisa memerintah, maka pintu komunikasi itu pasti tertutup. Tapi jika ORANG TUA MAU MENDENGAR, menyimak apa yang anak sukai, apa yang anak benci, apa yang anak ingin lakukan, apa yang membuatnya galau, dan ORANG TUA TIDAK MUDAH MEN-JUDGE pemikirannya, maka remaja kita akan merasa nyaman dan betah untuk berlama-lama ngobrol dengan orang tuanya.

Anak akan bisa merasakan kasih sayang tulus yang terpancar dari kata-kata dan sikap kita. Anak akan tahu bahwa kita mendukungnya. Dan anak pun memahami bahwa kita hanya menginginkan dia bahagia dan berhasil dalam hidupnya.

Dan jika remaja sudah merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan kita, dia tidak akan terbebani dengan FOMO, YOLO, ataupun FOPO.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting