Pekerja di toko roti di Gaza/AFP
Pekerja di toko roti di Gaza/AFP
KOMENTAR

RATUSAN warga, terdiri dari orang dewasa dan anak-anak, mengantre untuk membeli roti di sebuah toko roti di kota Gaza. Toko roti itu mulai beroperasi untuk pertama kalinya dalam enam bulan dengan bantuan dari Program Pangan Dunia (World Food Programme).

Salah satu warga, Abdelrahman al-Jadba, sambil memegang sekantong roti yang baru dipanggang, mengatakan bahwa dia merasa lega karena bisa memberi makan anak-anaknya. Sang ayah mengingat betul bagaimana sebelumnya dia terpaksa memberi anak-anaknya roti yang terbuat dari tepung bercampur pasir.

WFP mengatakan pihaknya telah menggunakan rute baru yang terkoordinasi untuk menyalurkan bantuan ke Gaza utara, di mana mereka telah mengirimkan lebih dari 1.300 ton paket makanan dan tepung terigu melalui sembilan konvoi.

Pekerja toko roti, Motaz Ajour, mengatakan toko rotinya tidak beroperasi selama 170 hari hingga menerima bantuan WFP.

“Banyak orang mengantre di luar dan kami berdoa akan ada toko roti lain yang dapat membantu di utara Gaza,” katanya, seperti dilaporkan Reuters.

Pada Sabtu (13/4), WFP berhasil mengirimkan bahan bakar yang cukup untuk 4-5 hari dan tepung terigu ke sebuah toko roti di Kota Gaza untuk memproduksi 14.000 paket roti setiap hari. Inilah pengiriman pertama sejak dimulainya perang.

Pengiriman tersebut akan dilakukan lagi secara teratur dan rencana berikutnya adalah menjangkau tiga toko roti tambahan di kota Gaza.

Menurut serikat pemilik toko roti di Gaza, terdapat 140 toko roti yang beroperasi di Gaza sebelum perang, banyak di antaranya telah dibom dan dihancurkan. Semua toko roti di Gaza utara berhenti berfungsi.

Israel, yang membantah menghalangi bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengatakan bahwa bantuan tersebut mengalir ke Gaza lebih cepat.

Namun jumlah tersebut masih diperdebatkan dan PBB mengatakan jumlah tersebut masih jauh di bawah jumlah minimum untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.

Serangan Israel di Jalur Gaza telah mengubah sebagian besar wilayah tersebut menjadi gurun dengan bencana kemanusiaan yang terus berlanjut sejak Oktober tahun lalu, ketika kelompok bersenjata Hamas memicu perang dengan menyerbu Israel selatan.

Badan-badan bantuan internasional mengeluh bahwa Israel tidak menjamin akses yang cukup terhadap makanan, obat-obatan dan pasokan kemanusiaan lain yang diperlukan.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell bahkan pernah menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

Sebaliknya, Israel menyalahkan PBB atas keterlambatan masuknya bantuan ke Gaza, yang menurut mereka tidak efisien.

Israel menghadapi tekanan internasional yang semakin besar untuk membiarkan lebih banyak bantuan masuk ke Jalur Gaza sejak Israel menyerang konvoi bantuan pada tanggal 1 April, dan mengakibatkan korban jiwa dari pekerja bantuan internasional. Tekanan itu juga datang dari Amerika Serikat.

Meski demikian, PM Israel Benjamin Netanyahu bersikeras untuk tidak akan mengakhiri perang sebelum bisa menghancurkan Hamas.




Indonesia Raih “Best Tourism Villages 2024" UN Tourism untuk Desa Wisata dengan Sertifikat Berkelanjutan

Sebelumnya

Konten Pornografi Anak Kian Marak, Kementerian PPPA Dorong Perlindungan Anak Korban Eksploitasi Digital

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News