Ilustrasi ibadah salat/Getty Images
Ilustrasi ibadah salat/Getty Images
KOMENTAR

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (Qs al-Ankabut: 45)

AYAT ini sangat selalu keluar dari mulut kaum muslimin, mudah sekali untuk mengingatnya tetapi tidaklah mudah memahami maksudnya. Masih saja kita melihat orang-orang yang rajin salat namun rajin pula maksiatnya.

Tidak ada yang salah dengan salat, hanya saja kita perlu menyempurnakan ibadah wajib tersebut. Salat dilakukan untuk menjauhi perbuatan keji dan mungkar, maka ada suatu rahasia yang perlu diraih dari saripati ibadah tersebut.

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin pada buku Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi (Jilid III) (2022: 403) menerangkan: Al-fahsya (keji) adalah dosa-dosa besar yang meliputi zina, sodomi dan lain sebagainya. Sementara Al-mungkar adalah dosa-dosa di bawah semua yang telah disebutkan. Salat akan mencegah manusia dari perbuatan keji (fahsya) dan mungkar.

Betapa buruk akibat dari perbuatan keji dan mungkar, dan Allah menjanjikan salat sebagai penangkalnya. Seperti yang ditulis Musthafa Khalili dalam buku Berjumpa Allah dalam Shalat (2006: 30):

Salat dikerjakan agar mereka (manusia) senantiasa mengingat Allah Swt Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, “... maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat-Ku," (Qs Thaha: 14)

Seseorang yang senantiasa mengingat Allah, maka pasti ia tidak akan melakukan berbagai perbuatan yang tidak disukai oleh Allah.

Seperti ini rahasianya!

Saat mengucap allahuakbar (Allah Maha Besar), bagi orang yang meresapi hakikatnya otomatis dalam diri akan terhapus kesombongan. Salat artinya berserah diri hanya kepada Allah, bahkan hidup dan mati.

Orang yang menyerahkan diri kepada Allah adalah orang yang takluk kepada-Nya, sehingga muncul rasa sakinah (ketenangan di batinnya). Rasa itulah yang melahirkan kesinambungan atau hubungan batin dengan Allah dan tercegahlah orang tersebut dari perbuatan keji atau mungkar.

Dengan demikian, praktik salat memiliki dampak positif dalam menjaga perilaku dan moral seseorang. Ketika seorang manusia secara konsisten mengingat Allah Swt melalui salat, ia cenderung memperoleh kekuatan spiritual yang membantunya untuk menahan diri dari berbagai perbuatan yang tidak disukai Allah.

Salat mengajarkan ketaatan, kesabaran, dan kontrol diri, yang semuanya merupakan kualitas yang diperlukan untuk menjauhi dosa dan berlaku sesuai dengan ajaran agama. Maka orang yang dengan salatnya memiliki hubungan batin dengan Allah, niscaya mudah baginya menjauhi kekejian dan kemungkaran.

Bagaimana dengan orang yang rajin salat namun rajin pula berbuat keji, mungkar, dan maksiat?

Jawabannya, salatnya tidak menghasilkan sakinah, tidak menghadirkan ketersambungan dengan Allah Swt. Salatnya telah gagal.

Melaksanakan salat bukanlah suatu kausalitas (sebab akibat), tidak serta merta disebabkan setiap orang yang menunaikannya otomatis berakibat dirinya terjauh dari perbuatan keji dan mungkar. Ini bergantung kepada keberhasilan ibadahnya, apabila ada ketersambungan batin dengan Allah Swt, niscaya dirinya tidak akan mendekati yang keji atau yang mungkar. Namun, apabila salatnya gagal, jangan heran apabila diri malah gemar bermaksiat.

Praktik salat bukan hanya sekadar kewajiban ritual, tetapi juga merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah dan selalu merasa dekat dengan-Nya. Melalui salat, seorang muslim senantiasa diingatkan akan kebesaran dan kasih sayang Allah serta diberi kekuatan untuk menghadapi berbagai cobaan dan godaan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, salat bukan hanya sebuah rutinitas tetapi juga kebutuhan spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Berupayalah untuk menunaikan salat secara sempurna, sehingga benar-benar memberi kita potensi dan kekuatan diri menolak kekejian dan kemungkaran.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur