Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun saat berpidato dalam konferensi pers jelang peringatan Al-Nakba/Farah.id
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun saat berpidato dalam konferensi pers jelang peringatan Al-Nakba/Farah.id
KOMENTAR

KEDUTAAN Besar (Kedubes) Palestina menggelar konferensi pers jelang peringatan Al-Nakba atau hari bencana, yang mereka peringati setiap 15 Mei. Mengawali pidatonya, Duta Besar Palestina Zuhair Al-Shun menegaskan, rakyatnya terus berjuang untuk kebebasan dan bukan berperang melawan Israel.

Konferensi pers yang digelar pada Jumat (10/5/2024) itu berlangsung lancar dan tenang, serta dihadiri oleh lebih dari 20 media cetak, televisi, dan online. Zuhair memberikan pidatonya selama 15 menit dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab bersama awak media.

Menurut Zuhair, warga Palestina sangat mencintai perdamaian. Karena itu, mereka harus mengakhiri masalah kependudukan yang terjadi saat ini untuk dapat hidup dengan bebas sebagaimana kehidupan yang dijalani oleh masyarakat di negara lainnya. Apalagi, warga Palestina memiliki hak sesuai dengan hukum dan peraturan internasional yang berlaku.

“Perlu Anda ketahui, rakyat Palestina tidak hanya memeluk agama Islan, namun juga ada umat Kristiani. Maka dari itu, sangat disayangkan jika sejumlah negara alih-alih ingin menghentikan kekerasan namun justru berperan dalam mendukung Israel,” kata Zuhair, dalam pidatonya.

“Sudah sejak lama rakyat Palestina menjadi korban ketamakan zionis. Orang-orang yang menderita, orang-orang yang ingin bebas. Sangat disayangkan bahwa masyarakat Palestina saat ini berjuang untuk kebebasan, bukan untuk peperangan,” tegas dia.

Tahun ini adalah peringatan ke-76 Al-Nakba. Kata Arab ‘Nakba’ berarti malapetaka atau bencana. Istilah Nakba atau Al-Nakba ini mengacu pada nasib warga Palestina yang kehilangan tanah airnya selama konflik dan perang Arab-Israel pada 1948. Konflik itu juga berkaitan dengan pendirian negara Israel yang dideklarasikan sehari sebelumnya, yaitu 14 Mei 1948.

Peringatan Nakba biasanya ditandai dengan aksi turun ke jalan dan aksi protes warga atas situasi mereka. Banyak yang membawa bendera Palestina, membawa kunci bekas rumah mereka, atau membawa spanduk berlambang kunci. Simbol kunci ini menggambarkan harapan mereka untuk bisa Kembali ke kampung halamannya.

Peringatan Nakba seringkali berubah menjadi bentrokan kekerasan antara kelompok Palestina dengan apparat Israel.

Nakba sendiri diciptakan pada 1998 oleh pemimpin Palestina, Yasser Arafat. Dia menetapkan tanggal tersebut sebagai hari peringatan hilangnya tanah air Palestina.




Menteri PANRB Rini Widyantini: Meningkatkan Kepemimpinan Perempuan untuk Menciptakan Kesetaraan Gender dan Lingkungan Kerja Inklusif di Sektor Pemerintahan

Sebelumnya

Menteri HAM Natalius Pigai Terima Penghargaan "Tokoh Nasional Demokratis dan Berintegritas” dari JMSI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News