KOMITMEN L’Oreal untuk terus berkomitmen mendukung perempuan peneliti melalui program L’Oreal-UNESCO For Women in Science membuka sebuah ruang kolektivitas yang dapat menembus berbagai batasan.
Pada hasil survey internal terbaru yang dilakukan L’Oreal Indonesia terhadap alumni, mayoritas mereka (65%) menyatakan bahwa segregasi peran perempuan di ranah domestik dan publik menjadi tantangan utama yang seringkali dihadapi. Berangkat dari hal tersebut, L’Oreal-UNESCO For Women in Science hadir sebagai wadah kolektif yang memberikan ruang diskusi dalam upaya aktualisasi diri di ranah publik, sehingga secara bersama dapat menembus batasan yang ada.
Dalam kesempatan ini, L’Oreal Indonesia menghadirkan empat figur perempuan peneliti yang berbagi kisah sukses untuk mendorong sesama perempuan dalam mengatasi berbagai rintangan di perjalanan transformasinya. Mereka adalah:
Dr Ines Irene Caterina Armosukarto
Beliau adalam pemenang pertama dari Indonesia untuk program L’Oreal-UNESCO For Women in Science. Dr Ines sudah berkarier selama 15 tahun di Australia sebagai seorang peneliti, akademisi, dan CEO Lipotek Pty Ltd, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang medis dan pembuatan vaksin.
Dr Ines menyampaikan, penting bagi pada perempuan peneliti untuk memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang baik sebagai modal dalam meniti karier di berbagai bidang dan memberikan kontribusi untuk negeri melalui hasil temuan yang tepat guna dan dapat diimplementasikan dalam masyarakat.
Prof Dr Fenny Martha Dwivany
Seorang Guru Besar di Institut Teknologi Bandung serta Board of Jury L’Oreal-UNESCO For Women in Science. Ia adalah sosok berprestasi karena merupakan pemenang program L’Oreal-UNESCO For Women in Science di tingkat nasional (2006) dan internasional (2007).
Menurut Prof Fenny, diperlukan beberapa Langkah strategis dalam memajukan peran perempuan, yaitu:
- Pentingnya pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan lokakarya yang khusus dirancang untuk peneliti perempuan yang difokuskan pada pengembangan keterampilan teknis dan manajerial.
- Mentorship dan networking, di mana perempuan peneliti mendapatkan bimbingan dari senior, sehingga dapat membantu mereka menavigasi dunia penelitian yang kompetitif.
- Dukungan dari pemerintah dan swasta untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan suportif, termasuk fasilitas penelitian yang memadai.
Dr Noryawati Mulyono, SSi
Dr Noryawati Mulyono, SSi (kiri) bersama dengan Dr Pietradewi Hartrianti/L'Oreal Indonesia
Founder Biopac.id ini aktif menjalankan perusahaan yang didirikannya, yang bergerak pada bisnis Solusi untuk measalah sampah plastik dan produsen biopackaging yang memimpin pengemasan sirkuler yang dapat diperluas ke berbagai format varian kemasan.
“Sebagai peneliti, saya merasa bertanggung jawab untuk mewujudkan solusi yang saya kembangkan, terinspirasi oleh praktik keberlanjutan energi dari L’Oreal. Kami menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda perkotaan yang berbakat namun kurang beruntung, serta bekerja sama dengan petani rumput laut untuk menyediakan bahan baku bioplastik. Ini membantu memberantas perdagangan manusia dan memberikan pendapatan yang stabil bagi komunitas pesisir,” ucap Dr Noryawati.
Dr Pietradewi Hartrianti
Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Science ini berhasil menciptakan model jaringan kanker buatan dalam bentuk 3D. Dr Pietra menggunakan keratin yang diperoleh dari rambut manusia sebagai bahan dasar pencetakan. Dengan demikian, ia dapat menguji obat-obatan kanker dengan lebih akurat, efektif, dan efisien.
“Seluruh figur inspiratif ini hanya Sebagian kecil dari kisah transformatif dari ribuan alumni program L’Oreal for Women in Sciences. Kami berharap, kisah-kisah inspiratif mereka dapat mendorong semangat para perempuan peneliti lainnya, menginspirasi dan mendorong semakin banyak generasi muda untuk mengejar karier sebagai perempuan peneliti,” tutup Fikri Alhabsie, Director of Corporate Responsibility L’Oreal Indonesia.
KOMENTAR ANDA