HINGGA kini terdapat lebih dari 195.000 postingan dengan jutaan penayangan bertagar #AllEyesOnRafah di TikTok.
Selain itu, seruan "All Eyes On Rafah" juga menggema di berbagai platform media sosial seperti Instagram hingga X. Postingan "All Eyes On Rafah" gencar dibagikan dalam bentuk tagar maupun gambar.
"All Eyes On Rafah" bukan sekedar rangkaian kalimat semata. Ini adalah seruan agar banyak orang memusatkan perhatian ke Rafah. Sebuah misi kemanusiaan atas kejadian yang terjadi di Rafah, Gaza Selatan.
Seruan "All Eyes On Rafah" ini dimaksudkan sebagai permintaan bagi banyak orang untuk tidak berpaling dari apa yang terjadi di kota Rafah. Kawasan ini dihuni sebanyak 1,4 juta pengungsi yang berlindung dari serangan yang menggempur Gaza.
Seruan yang merupakan luapan kemarahan netizen di seluruh dunia ini hadir setelah tragedi 26 Mei 2024 atas serangan udara yang dilakukan di Rafah. Rafah sendiri merupakan kawasan pengungsian bagi warga Palestina.
Seperti dilansir dari Forbes, seruan "All Eyes On Rafah" datang dari para aktivis dan kelompok kemanusiaan. Seruan "All Eyes On Rafah" berawal dari komentar Rick Peeperkorn, Direktur Kantor Wilayah Pendudukan Palestina di World Health Organization (WHO).
Pada Februari 2024, ia mengatakan "All Eyes On Rafah" beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan dibuatnya rencana evakuasi ke kota tersebut.
Seruan ini dimaksudkan sebagai permintaan bagi banyak orang untuk tidak berpaling dari apa yang terjadi di kota Rafah. Kawasan ini dihuni sebanyak 1,4 juta pengungsi yang berlindung dari serangan yang menggempur Gaza.
Organisasi kemanusiaan seperti Save the Children, Oxfam, American for Justice in Palestine Action, Jewish Voice for Peace dan Palestine Solidarity Campaign kemudian mengulangi seruan tersebut, dan kini seruan "All Eyes On Rafah" telah digunakan sebagai seruan pada aksi demo di Paris, London, Belanda, New York, Los Angeles, dan sekitarnya. [F]
KOMENTAR ANDA