Ilustrasi orang tua bersama anak-anaknya (Unsplash/loann-Mark K)
Ilustrasi orang tua bersama anak-anaknya (Unsplash/loann-Mark K)
KOMENTAR

BANYAK orang tua mengaku sangat mencintai anak-anak mereka, tapi pada kenyataannya anak seolah menolak rasa cinta orang tua.

Penyebabnya adalah karena banyak orang tua menyalurkan rasa cinta hanya dari sudut pandang mereka, seolah mereka tahu yang terbaik bagi anak. Padahal, cinta sejatinya adalah perasaan yang mengandung kelembutan, kasih sayang, dan ingin membahagiakan, yang jika disampaikan ke orang yang kita cintai, maka akan membuatnya senang dan bahagia.

Karena itu cinta seharusnya berfokus pada “kamu”, bukan “aku”. Orang tua harus fokus pada apa yang dibutuhkan anak, bukan apa yang diinginkan orang tua.

Salah satu kunci penting untuk bisa mencintai si buah hati dengan cara yang tepat adalah dengan mengetahui love language anak. Dan cara untuk mengetahui bahasa cinta anak adalah dengan komunikasi yang sehat dan bonding yang kuat.

Ketika anak kita memiliki Word of Affirmation sebagai bahasa cintanya, maka dia akan sangat bahagia jika kita memuji prestasinya dengan kata-kata indah dan mengungkapkan rasa cinta kita melalui kalimat penuh kasih, yang bisa kita katakana secara langsung atau lewat surat. Dia mungkin tidak akan suka jika kita memeluknya atau tidak akan terlalu bersemangat jika kita menghabiskan waktu seharian khusus untuknya.

Maka ya, cinta membutuhkan perjuangan. Anak akan bertumbuh dari usia balita, kanak-kanak, pre-teen, remaja, hingga dewasa. Dalam setiap fase tersebut, kita harus mampu beradaptasi untuk bisa terus menyampaikan rasa cintanya dalam visual yang indah dan menyentuh hati anak. Seiring usia yang bertambah, bahasa cinta anak akan tetap sama namun cara penyampaian kita tentunya harus beradaptasi dengan usianya.

Bunda Nefrijanti, seorang coach & trainer for parents dari Tempa Trainers Guild (TTG), dalam webinar Gerakan #Akuberdaya bertajuk “Mendesain Visual Cinta” menjelaskan bahwa sangat penting bagi orang tua untuk bisa menghadapi tantangan zaman agar anak selalu bisa merasakan cinta dari orang tuanya.

Dan yang terpenting adalah, cinta yang kita berikan kepada anak harus dihubungkan dengan tujuan kepengasuhan yaitu menciptakan manusia dewasa yang bertanggung jawab pada diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Dengan mendesain visual cinta secara tepat, cinta kita kepada anak akan menjadi kekuatan yang meyakinkan dirinya untuk menjadi pribadi mandiri dan tangguh.




Benarkah Gen Z Kurang Siap Menghadapi Tantangan Masa Depan? Ini Kata Erick Thohir

Sebelumnya

Cegah Fatherless Family, Ini Peran Krusial Ayah bagi Perkembangan Anak

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting