Ilustrasi cuaca buruk. (Freepik/wirestock)
Ilustrasi cuaca buruk. (Freepik/wirestock)
KOMENTAR

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan hujan banyak turun di berbagai daerah di Tanah Air meskipun Indonesia telah masuk musim kemarau.

Fenomena hujan lebat di musim kemarau ini salah satunya dipengaruhi angin monsun dari benua Asia dan Australia secara bergantian. Diketahui bahwa wilayah Kepulauan Indonesia memiliki iklim utama yang dipengaruhi oleh angun monsun.

"Ada juga di antara dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia, maka yang mempengaruhi musim di Indonesia itu tidak sedikit. Terutama bersumber dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers “Hujan Lebat di Musim Kemarau” (8/7).

Ditambahkan Dwikorita, musim kemarau di Indonesia terjadi selama beberapa bulan. Umumnya berkisar antara empat, enam, hingga sembilan bulan dalam setahun. Dan sekalipun Indonesia sudah masuk musim kemarau, ada sejumlah fenomena yang terjadi sehingga menyebabkan munculnya awan-awan hujan. 

Di antaranya yaitu fenomena gelombang Rossby dan Kelvin, kemudian Madden Jullian Oscillation (MJO). Secara periodik akan mengalami gangguan, termasuk dari Samudra Hindia misalnya MJO.

"Ada juga yang datang dari ekuator wilayah Indonesia, misalnya gelombang ekuator atau gelombang Kelvin dan Rossby. Akan berdampak pada peningkatan pembentukan awan hujan, sehingga di musim kemarau hujannya bisa lebat," papar Dwikorita.

Akan tetapi, ia menyebut, hal ini tidak akan terjadi selama berhari-hari. Biasanya terjadi maksimum 3 hari, tidak akan lebih dari itu.

"Nanti bergerak dari wilayah barat ke tengah ke timur, dan jangan kaget kalau sebulan lagi akan terjadi lagi. Atau dua bulan lagi akan terjadi lagi, itu fenomena yang biasa terjadi di wilayah Indonesia," kata Dwikorita.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menyatakan bahwa kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5 - 11 Juli 2024.

Wilayah-wilayah yang dimaksud meliputi Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

Andri menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.

Pergantian serta transisi musim saat ini sulit diprediksi karena beberapa faktor, oleh karena itu ada baiknya bagi masyarakat yang banyak beraktivitas di luar ruangan untuk berhati-hati dan selalu siap mengantisipasi hujan.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News