Wina Armada Sukardi diapit Jaya Suprana dan Aylawati Sarwono. (Ist)
Wina Armada Sukardi diapit Jaya Suprana dan Aylawati Sarwono. (Ist)
KOMENTAR

SASTRAWAN Wina Armada Sukardi meraih Anugerah MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk dua buku kumpulan puisinya “Memetik Bulan” (2023) dan “Pacul Berdarah Puisi Serba Benda” (2024). Anugerah MURI untuk kategori “Perintis Buku Puisi untuk Anak-Anak dan Buku Puisi Kebendaan” ini diserahkan langsung oleh Pendiri MURI Jaya Suprana dan Direktur Utama MURI Aylawati Sarwono.

Wina Armada menjelaskan bahwa penulisan buku puisi untuk anak-anak didorong karena tidak adanya buku puisi untuk anak-anak. Hal itu berbeda dengan buku puisi tentang anak-anak yang masih bisa ditemukan saat ini.

Dengan perbedaan zaman yang sangat mencolok, baik dari cara berpikir maupun dari keragaman sosial, Wina Armada memandang perlu adanya buku puisi untuk anak-anak.

“Jika mereka tidak dibiasakan mengenal rasa seni, bisa jadi kelak ketika besar mereka juga tidak mengenal nilai-nilai baik atau buruk,” ungkap wartawan senior tersebut.

Wina Armada Sukardi sebelumnya telah menghasilkan beberapa buku puisi baik karya tunggal maupun karya bersama. Untuk penghargaan, Wina tercatat sebagai penerima Lifetime Achievement sebagai penulis fiksi dari organisasi penulis Satupena dan peraih dua kali Piala Mitra sebagai kritikus terbaik. Saat ini ia menjadi pemimpin redaksi Podcast Sembilan.

Bagi Wina, penerimaan anugerah MURI seperti deja vu atau mengulang kembali suatu peristiwa. Tak lain karena ayah Wina, Gandhi Sukardi, juga menerima Anugerah MURI sebanyak dua kali sebagai “Penulis Surat Pembaca Tiga Tahun Berturut-turut Tanpa Henti di Surat Kabar Harian Jakarta Post”.

Selain Wina Armada Sukardi, ada tujuh penerima Anugerah MURI lain untuk berbagai katagori. Di antaranya adalah kategori penyanyi yang menguasai 11 bahasa asing, kategori pengabdian kemanusiaan, dan kategori perempuan pertama penerima gelar Doktor bidang Teologi Katolik.

“MURI menyadarkan kita bahwa the limit is the sky, alias batas kemampuan kita adalah ketidakterbatasan itu sendiri,” pungkas Wina.




Menikmati Pemandangan Menakjubkan di Bentang Alam Ikonik Gunung Bromo

Sebelumnya

Fakta tentang Bagaimana Himalaya Terbentuk dan Gunung Everest Muncul dari Laut

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon