Film yang terinspirasi budaya Batak. (Instagram/@film_borunirajai)
Film yang terinspirasi budaya Batak. (Instagram/@film_borunirajai)
KOMENTAR

FILM “Harta, Tahta, Boru Ni Raja” adalah film drama komedi romantis yang dirilis pada 11 Juli 2024. Disutradarai dan diproduseri oleh Agustinus Sitorus, film ini mengangkat tema tentang budaya Batak dan keindahan Danau Toba, dengan tujuan memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada khalayak luas.

Cerita berpusat pada Jerry Tan (Panjaitan), seorang mahasiswa tingkat akhir yang menghadapi kesulitan menyelesaikan skripsinya karena judul yang selalu ditolak dosen pembimbingnya.

Tertinggal oleh tiga sahabatnya, Elin, Aliya, dan Hendro yang telah lulus lebih dulu, Jerry akhirnya menemukan judul skripsi yang diterima berkat saran dari teman-temannya. Judul skripsi tersebut membahas tentang sejarah tokoh nasional D.I. Panjaitan, yang memaksa Jerry untuk pulang kampung ke Balige, Sumatera Utara.

Di Balige, yang terletak di tepian Danau Toba, Jerry tidak hanya fokus pada penelitiannya, tetapi juga terlibat dalam konflik romansa yang kompleks. Perjalanan ini menjadi momen penting bagi Jerry untuk menyelesaikan skripsi dan persoalan cinta yang menghantui hatinya. Keindahan alam Danau Toba dan kekayaan budaya Batak yang ditampilkan dalam film ini menambah daya tarik cerita.

Film ini menampilkan sejumlah aktor muda berbakat seperti Mark Natama Saragi sebagai Jerry Tan, Novia Situmeang, Frislly Herlind, Fadlan Holao, dan Fahira Almira. Para pemeran ini diharapkan dapat menarik minat penonton muda dengan kemampuan akting mereka yang memukau.

Proses produksi film ini melibatkan kerjasama antara PIM Pictures dan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT). Ini merupakan film pertama dari delapan film yang direncanakan oleh BPODT untuk mempromosikan keindahan Danau Toba dan sekitarnya.

Film “Harta, Tahta, Boru Ni Raja” mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) karena mampu mengangkat kearifan lokal dan keindahan alam Danau Toba. Film ini diharapkan dapat menjadi sarana promosi pariwisata yang efektif, menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi destinasi wisata tersebut.

Syuting film dilakukan di berbagai lokasi indah di sekitar Danau Toba, termasuk Kaldera, Museum Mayjend D.I. Panjaitan, desa-desa wisata, dan kapal pinisi baru di Danau Toba. Lokasi-lokasi ini dipilih untuk menunjukkan keindahan alam dan kekayaan budaya Batak yang memukau.

Agustinus Sitorus, dalam pernyataannya, berharap bahwa film ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkenalkan budaya Batak dan meningkatkan pariwisata di kawasan Danau Toba. Melalui cerita yang ringan namun sarat makna, ia berharap penonton dapat menikmati keindahan alam dan belajar lebih banyak tentang budaya Batak.

Film “Harta, Tahta, Boru Ni Raja” menjadi bukti bahwa sinema dapat menjadi alat yang efektif untuk promosi budaya dan pariwisata, sekaligus memberikan hiburan yang berkualitas bagi penonton.

Saksikan film ini di bioskop terdekat untuk merasakan sendiri keindahan dan kekayaan budaya Batak yang dihadirkan dengan penuh cinta dan dedikasi.




Film Kuasa Gelap Bakal Debut di 53 Negara

Sebelumnya

Bukan Hanya tentang Musik dan Penampilan, Ini Nilai Positif Jadi Penggemar K-Pop

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Entertainment