Ilustrasi perempuan sedang duduk dan pusing dengan pikirannya. (Freepik)
Ilustrasi perempuan sedang duduk dan pusing dengan pikirannya. (Freepik)
KOMENTAR

EMOSI dalam ilmu Neurosemantik diartikan sebagai perasaan dalam memahami sesuatu. Emosi merupakan reaksi perasaan yang dilatari makna (pemahaman). Karena itu, penting bagi kita untuk memaknai dengan tepat setiap kejadian yang kita alami.

Dalam Neurosemantik tidak dikenal istilah emosi negatif, karena semua emosi sejatinya sama. Namun jika kita keliru dalam penempatan dan tingkatannya, maka emosi itu akan menjadi negatif. Atau ketika terlihat ada gap antara ekspektasi dengan kenyataan yang terjadi, emosi kita pun bisa menjadi negatif.

Saat itulah muncul perasaan-perasaan tidak nyaman seperti kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, dan marah berlebihan. Tak sedikit dari kita yang merasa kurang suka dengan hadirnya berbagai perasaan tidak nyaman tersebut.

Namun entah mengapa, semakin kita tidak suka dan semakin menolaknya, semakin perasaan tersebut hadir hingga mengganggu kita.

Jika emosi negatif itu muncul terus-menerus sehingga mengganggu keseharian kita, bahkan tidak bisa ‘dipulihkan’ dengan afirmasi positif, maka kita harus belajar untuk menyingkirkannya dari kepala kita.

Mengapa amat penting untuk menyingkirkan troubling emotion dari diri kita?

Menurut Neurosemantics Trainer Iis Anthea Laksmi, merelakan troubling emotion memiliki 4 (empat) tujuan penting.

Pertama, untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita.

Kedua, agar kita mampu mengontrol respons kita terhadap suatu peristiwa atau kejadian.

Ketiga, untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesehatan fisik.

Dan keempat, meningkatkan emotional intelligence yang erat kaitannya dengan kemampuan kita memahami dan mengelola emosi.

“Sangat penting bagi kita untuk bisa embrace troubling emotion karena emosi bisa menumpuk, lalu meledak sewaktu-waktu, dan kalau mau marah tapi tidak bisa, maka akan menjadi sesuatu yang kita sebut sebagai tekanan batin. Dan lebih bahaya lagi, tidak hanya merusak kesehatan mental, troubling emotion yang berlarut-larut juga akan menyerang kesehatan fisik kita,” ujar Coach Iis dalam Sharing Session Gerakan Aku Berdaya bertajuk “Embracing Your Negative Emotion” yang digelar daring pada Minggu (28/7).

Ketika kita mampu merangkul emosi negatif dalam diri kita, maka akan lebih mudah untuk menjalani hidup dengan mindfulness.




Ingin Jadi Individu Sukses, Ini Alasan Mengapa Kita Butuh Dukungan Orang Lain

Sebelumnya

Gen Z dan Upaya Mengatasi Tantangan Sandwich Generation

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family