Ilustrasi proses Palang Pintu dalam tradisi Betawi. (VOI)
Ilustrasi proses Palang Pintu dalam tradisi Betawi. (VOI)
KOMENTAR

PERNIKAHAN bagi masyarakat Betawi merupakan peristiwa sakral. Ada nilai dan makna yang terkandung dalam setiap upacara prosesi pernikahan.

Ada beberapa prosesi dalam pernikahan Betawi. Mulai dari ngedelengin, ngelamar, sampai resepsi dengan sajian palang pintu.

Ngedelengin merupakan awal proses mencari pasangan melalui jasa seorang Mak Comblang yang menghubungkan keluarga laki-laki dan perempuan. Dalam proses ini, ada tradisi pemberian uang sembe atau angpao kepada perempuan yang menerima tawaran laki-laki untuk dilamar.

Proses selanjutnya adalah ngelamar. Mak Comblang yang mengatur semua untuk memastikan, pihak laki-laki membawa sirih, pisang raja, roti tawar, serta hadiah lain, untuk diberikan kepada pihak perempuan.

Seminggu setelah ngelamar, proses bawa tande putus digelar. Prosesi ini mirip acara pertunangan, di mana pihak laki-laki membawa tande putus berupa cincin iris rotan, duit pesalin (uang seserahan) dan beragam kue.

Selanjutnya masa dipiare atau dipingit yang dilakukan dukun manten atau tukang rias selama sebulan.

Tradisi pernikahan orang Betawi dilanjutkan dengan Siraman, yaitu proses memandikan calon none mantu (pengantin perempuan) sehari sebelum akad nikah.

Kemudian dilanjutkan dengan proses tangas atau kum. Ini adalah proses mandi uap yang diperuntukkan bagi calon pengantin perempuan.

Usai proses kum, ada ngerik dan potong centung, yakni membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin perempuan yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk serta leher. Makna proses ini adalah agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.

Prosesi pernikahan selanjutnya yakni akad nikah, palang pintu, dan resepsi.

Di acara akad nikah, calon pengantin laki-laki wajib membawa sirih nanas lamaran, sirih nanas hiasan, mas kawin, miniatur masjid yang berisi uang belanja, sepasang roti buaya, sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telur asin, jung atau perahu Cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga, hadiah pelengkap, kue penganten, serta kekudang, makanan yang disukai oleh calon pengantin wanita sejak kecil sampai dewasa.

Sedangkan palang pintu dilakukan sebelum calon pengantin perempuan dan laki-laki bertemu. Tradisi ini, sang calon mempelai laki-laki harus bisa melewati palang pintu yang dijaga oleh jawara Betawi.

Selanjutnya yakni acare negor dan pulang tige ari. Di acare negor ada tradisi uang tegor dari suami untuk istri yang diselipkan di bawah taplak meja kamar mereka. Sedangkan tradisi pulang tige ari dilakukan orangtua laki-laki sebagai tanda pengantin baru ini sudah bisa tinggal berdua di tempat yang sudah disepakati bersama.

Seluruh rangkaian proses pernikahan orang Betawi hingga kini masih terus diwariskan secara turun-temurun. Tradisi pernikahan ini unik dan istimewa sekaligus menjadi bukti kekayaan budaya Nusantara.




Taoge Goreng: Kuliner Legendaris dari Bogor yang Nikmat dan Sehat

Sebelumnya

Ketika Cinta Melampaui Batas: Kisah dari Cheers Nursing Home di Quezon City

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon