PROGRAM Digital Business Innovation yang diluncurkan oleh Binus University telah resmi dibuka pada Sabtu (10/8) dengan bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa agar mampu berinovasi dalam dunia bisnis digital yang terus berkembang.
Program ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi peluang bisnis baru, menciptakan solusi digital yang inovatif, dan mengimplementasikan teknologi dalam berbagai aspek bisnis.
Dalam program ini, mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai manajemen bisnis, teknologi digital, serta keterampilan kewirausahaan yang diperlukan untuk mengembangkan dan memimpin bisnis berbasis teknologi. Selain itu, program ini juga fokus pada pengembangan kemampuan analitis, kreativitas, dan pemahaman mendalam mengenai tren bisnis digital global.
"Sebenarnya ada dua hal mendasar kalau kita membicarakan Digital Business itu sebetulnya platform-nya adalah Digital Transformation and Digital Platform, itu adalah tren-tren yang terjadi saat ini. Dalam hal tersebut, nanti akan ada masuk-masukan yang terus berkembang," ujar Prof. Dr. Ir. Sevenpri Candra, S.Kom., S.E., M.M., Asean Eng. - Guru Besar Management Bidang Digital Business Binus University.
Selain mempelajari Digital Business, peran pendidikan juga penting dalam mempersiapkan generasi muda terutama bagi mahasiswa untuk mengahadapi tantangan bisnis digital.
"Secara umum ada dua aspek, yaitu ada hard skill dan soft skill. Saat kita mau menyelesaikan tantangan tersebut dengan baik, maka kita harus memiliki dua hal tersebut. Kalau kita bicara dari sisi hard skill, tentu untuk menyambung tantangan Digital Business maka Digital Literasi itu sangat penting, itu adalah hal yang paling mendasar. Lalu diikuti kemampuan soft skill dalam hal komunikasi dan memiliki kemampuan bisnis, hal-hal tersebut dikombinasikan sehingga mereka secara umum memiliki modal untuk menghadapi bisnis digital," lanjut pria yang disapa Prof. Candra ini saat peluncuran Digital Business Innovation Program yang digelar di Library and Knowledge Center (LKC) Binus University Bekasi yang dihadiri Farah.id (10/8).
Terkait tantangan dalam bisnis digital, Framkie Krhistoforus selaku Business Development Consultant Personalkelly mengatakan bahwa tantangan pertama adalah resistensi masyarakat terkait perubahan yang ditawarkan.
"Contoh waktu pertama kali gojek muncul lalu ojek pangkalan menentang tapi perlahan-lahan mereka mulai beradaptasi, artinya pada ketika kita menunjukkan perubahan teknologi hal pertama yang harus kita hadapi adalah resistensi tersebut karena itu yang tidak mudah, tapi ketika kita berhasil melewati, itu akan terus berkembang dan membuat kita menjadi bangsa yang besar juga. Dan kalau kita bicara tentang peluangnya, akan ada banyak inovasi dan teknologi yang bermunculan seoerti gojek tadi."
Sementara itu, Prahidhana Mahardika, VP of Business Controller & Development Astro menjelaskan bagaimana peran kepemimpinan dalam mendorong perubahan digital. Menurutnya, digital transformation bisa terjadi meskipun masih ada beberapa hal yang harus dikerjakan secara manual.
“Change management, konsep ini bisa dibilang gampang-gampang susah karena memang kita harus benar-benar tahu bagaimana caranya ini bisa merubah perilaku yang ada di masyarakat atau di market, jadi mungkin konsepnya lebih ke arah bagaimana caranya selaku bertanya dan kemudian paham 'oh ternyata ini loh kenapa alasannya enggak mau berubah dan ini caranya berubah' dan itu yang cukup sering saya gunakan di perusahaan,” papar Prahidhana Mahardika.
Peresmian program Digital Business Innovation ini diharapkan dapat memecahkan tantangan dan memenuhi kebutuhan ekonomi digital Indonesia agar dapat terus berkembang di tengah era teknologi yang dinamis.
KOMENTAR ANDA