Sebuah foto dari arsip Masjid Woking, Inggris memperlihatkan perempuan di shaf belakang. (The Conversation/Sariya Cheruvallil)
Sebuah foto dari arsip Masjid Woking, Inggris memperlihatkan perempuan di shaf belakang. (The Conversation/Sariya Cheruvallil)
KOMENTAR

SEBUAH tulisan yang mengacu pada penelitian sejarah bertajuk The forgotten women who helped to build British Islam menyebutkan bahwa sejarah menempatkan perempuan di tempat utama berdirinya Islam di Inggris. Dan dengan cara mereka sendiri, para perempuan ini mengambil peran kepemimpinan dan perwakilan.

Penelitian Sariya juga membuktikan bahwa perempuan memegang peranan penting dalam pendirian masjid pertama di Inggris

Penelitian itu dilakukan oleh Sariya Cheruvallil, adapun tulisannya dimuat di The Conversation pada tahun 2020. Sariya (saat itu) adalah asisten profesor Faith and Peaceful Relations di Centre for Trust, Peace and Social Relations, Universitas Coventry, Inggris.

Sariya menulis bahwa sejumlah perempuan hidup pada masa yang secara sosial dan budaya sangat berbeda dari Muslim Inggris masa kini. Namun, masalah yang dihadapi para perempuan ini dalam praktik Islam mereka, negosiasi mereka dengan beragam patriarki, dan kehidupan sehari-hari mereka tidak berbeda dengan masalah seputar gender dan kepemimpinan masjid yang diperdebatkan saat ini di Inggris.

Dengan menyorot sejarah perempuan Muslim di Inggris, Sariya melihat isu-isu masa kini tampak lebih mungkin dapat diatasi. Para perempuan ini membentuk komunitas Muslim pada zaman mereka dan sangat penting bahwa cerita mereka diketahui orang banyak.

Sejumlah perempuan menentang patriarki. Sariya mengungkapkan banyak kisah menarik tentang perempuan dan peran mereka di masjid. Misalnya, Nafeesa T Keep, seorang mualaf yang tiba di Liverpool dari Amerika Serikat. Ia memberikan ceramah tentang Islam dan hak-hak perempuan, menantang pemahaman patriarki tentang Islam dan stereotip tentang Islam. Ia diangkat sebagai asisten pengawas Medressah-i-iyyum-al-Sebbah, sebuah lembaga yang bertujuan untuk mendidik kaum muda Muslim tentang agama.

Ada pula Madame Teresa Griffin Viele (1831–1906), yang mengambil nama Muslim Sadika Hanoum. Ia adalah seorang wartawan berita untuk Masjid Liverpool, menulis “Ringkasan Peristiwa Politik” dalam jurnalnya dari September 1894 hingga April 1895.

Dan Lady Evelyn Zainab Cobbold, seorang mualaf terkemuka dari keluarga bangsawan Inggris, yang menjadi salah satu perempuan Eropa pertama yang menunaikan haji atau ziarah ke Makkah. Luar biasa untuk masanya, ia menunaikan haji sendirian, di dalam mobil, dan kemudian menulis buku terlaris pada tahun 1934 tentang pengalamannya.

Perempuan lain dalam komunitas ini termasuk Fatima Cates, yang merupakan anggota kunci dan bahkan bendahara pendiri Liverpool Muslim Institute, lembaga yang mendirikan masjid pertama di Inggris di kota itu.

Sementara itu, Begum Shah Jahan dari Bhopal, India, mendanai masjid pertama yang dibangun khusus di Inggris, tepatnya di Woking.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women