BANK Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM dan Indonesian Fashion Chambers (IFC) siap menggelar IN2MF in Paris pada 7 September 2024 dan mengisi Who’s Next Paris pada 8-10 September 2024.
Setelah Dubai, Kuala Lumpur, dan Istanbul, IN2MF hadir di pusat mode dunia, Paris. Ini adalah rangkaian menuju puncak IN2MF yang akan digelar di Jakarta pada 30 Oktober – 4 November mendatang.
“IN2MF yang lahir pada tahun 2022 merupakan kolaborasi antara Kementerian Koperasi dan BI, kami lihat potensinya sangat besar. IN2MF bukan ingin jadi saingan dari fashion event lain di Tanah Air, tapi ingin melengkapi, potensinya yang sangat besar ini harus dilakukan bersama-bersama,” ujar Ita Rulina, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia dalam Media Gathering IN2MF di Raffles Hotel, Jakarta pada Senin (26/8).
“Kita ingin memberi kesempatan kolaborasi kepada siapa saja, baik pecinta maupun pegiat modest fashion juga pendukungnya untuk memajukan sektor modest fashion, ‘kue’ ini sangat besar, kita ingin mempercepat sektor modest fashion Indonesia jadi pusat di dunia,” lanjut Ita.
Ditambahkan Ita, menjadi pusat modest fashion dunia bukan hanya nama, melainkan ada PR yang harus dikerjakan. Saat ini, sebuah laporan menulis bahwa Indonesia berada di ranking ketiga, dan negara yang menempati posisi nomor 1 karena bisa mengekspor lebih banyak dari Indonesia. Dan kunci agar ekspor tinggi adalah barang yang dibuat Indonesia harus sesuai dengan pecinta modest fashion di luar negeri.
“Ada jutaan calon konsumen di luar negeri, artinya demand pembeli sangat banyak, tapi jika hanya digarap oleh beberapa orang saja di Indonesia, kita bisa menjadi pusat modest fashion dunia tapi akan butuh waktu sangat lama, oleh karena kita ingin mempercepat mengklaim Indonesia jadi pusat modest fashion dunia, semoga ini jadi kegiatan konsisten dan semua desainer serta pelaku usaha punya ghirah yang sama,” kata Ita.
Wastra Nusantara menjadi sebuah keunggulan dan pembeda yang tidak akan bisa dimiliki oleh negara lain. Karena itulah modest fashion Indonesia harus mengadopsi wastra tradisional agar menjadi ciri khas, namun dalam segi desain tetap memperhatikan kesukaan dari masyarakat internasional.
Dan tak hanya sebagai keunikan modest fashion Indonesia di mata global, penggunaan wastra tradisional juga menjadi sebuah langkah konkret kebangkitan ekonomi di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Khususnya bagi para perajin wastra di pelosok daerah.
Untuk tahun ini, Indonesia tidak hanya menggelar IN2MF di Paris, tapi juga mengikuti Who’s Next, sebuah exhibition yang diharapkan akan menghasilkan penjualan produk fesyen Indonesia oleh para buyer mancanegara.
Meskipun banyak desainer yang sudah sukses dalam bisnis mereka di dalam negeri dan bisa tampil di fashion week sebagai prestise, tapi yang dibutuhkan sesungguhnya adalah sustainable business secara global.
“Butuh perjuangan untuk bisa memiliki bisnis yang kuat dan bagus di ranah internasional. Itulah kenapa kita ikut Who’s Next, kita ingin mengejar B2B, bagaimana desainer yang kami hadirkan di IN2MF ini bisnis mereka dapat berkelanjutan, bukan hanya branding-nya, tapi bagaimana setelah ikut Who’s Next, desainer Indonesia bisa jalan terus bertemu buyer luar negeri untuk musim-musim selanjutnya, dan langkah ini juga bisa diikuti desainer lainnya,” kata Direktur Ali Charisma, Advisory Board IFC.
Dengan keinginan untuk menciptakan ekosistem bisnis fesyen yang kuat di peta global, tak heran bila Bank Indonesia memiliki dua target yaitu menghadirkan fashion event yang sukses dan mencetak transaksi yang positif. Kedua target itu diharapkan dapat menjadi indikator apakah upaya mempercepat Indonesia menjadi pusat modest fashion dunia sudah berjalan on the right track.
9 desainer dan jenama fesyen tampil di IN2MF hadirkan koleksi terbaik mereka
Mereka yang akan memamerkan koleksi di panggung IN2MF Paris adalah Itang Yunasz, Wignyo, Dian Pelangi, Batik Chic, Yece by Yeti Topiah, Dama Kara, Luvnic by Luffi, Brilianto, serta Jamilah x Prafito by Tujuh Bersaudara.
Itang Yunasz menghadirkan koleksi “Arunika” yang terinspirasi fajar menyingsing hingga kegelapan malam. Itang menghadirkan songket Bali yang diharapkan mempermudah publik Paris mengenal Indonesia lewat Bali.
Wignyo lewat Tenun Gaya fokus pada sustainable fashion. Koleksi “Second Life” mengacu pada limbah tenun yang dibuat menjadi kain, baru kemudian didesain menjadi busana. Tentang bagaimana kain yang tidak berharga bisa kembali menjadi sesuatu yang berharga. Koleksi Wignyo hadir dalam 10 look berwarna terang seperti oranye dan terakota, dengan desain timeless, dan menampilkan ciri khas berupa padu padan tenun.
Yece by Yeti Topiah menghadirkan koleksi yang terinspirasi kekayaan laut, menggunakan warna navy, abu abu, kuning, juga oranye. Yece menghadirkan wastra tenun dari kain Ratu yaitu tenun torso Jepara.
Jenama asal Bandung, Dama Kara menghadirkan konsep sustainable yaitu pewarnaan batik menggunakan ampas kopi. Banyaknya coffee shop di Kota Kembang menginspirasi untuk menjadikan ampas kopi sebagai pewarna alami. Dama Kara juga menggunakan tenun sutra Garut.
Batik Chic oleh Novita Yunus mempersembahkan koleksi “Indigo Whispers” menggunakan material unik, padu padan batik, teknik shibori, dan sutra Garut.
Luvnic by Luffi, jenama asal Yogyakarta, menghadirkan 10 look untuk IN2MF dan 15 produk untuk ajang Who’s Next. Luvnic menggunakan batik cap dan batik tulis serta rajutan dari Bandung.
Brilianto menghadirkan kain jumputan khas Palembang. Koleksinya bertajuk “Reunited” yaitu bagaimana menjalankan konsep desain sustainable dengan tidak membuang sama sekali sisa kain untuk zero waste. Selain IN2MF, Brilianto juga mengikuti ajang Who’s Next.
KOMENTAR ANDA