KOTA Magelang, Jawa Tengah, bermula dari desa perdikan (desa yang memiliki hak-hak istimewa dari Raja, penduduknya dibebaskan dari membayar pajak-red) Mantyasih, yang sekarang dikenal sebagai Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang.
Mantyasih berarti “beriman dalam Cinta Kasih”. Di Kampung Meteseh, ada lumpang batu yang dipercaya sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.
Selain Kediri, Magelang adalah salah satu kota tertua di Nusantara. Hari jadi kota Magelang adalah 11 April 907 Masehi.
Terkait penamaan Magelang, versi terpopuler mengatakan bahwa Magelang berasal dari atepung-temugelang atau tepung gelang yang berarti mengepung rapat seperti gelang.
Legenda ini menceritakan pertarungan antara Pangeran Purbaya melawan raja jin bernama Sepanjang di hutan Kedu.
Nama Magelang berawal dari kerajaan Mataram yang kala itu dipimpin Panembahan Senopati.
Mengutip Bobo, pada suatu waktu, Panembahan Senopati ingin memperluas daerah kerajaannya dan atas pendapat Ki Gede Pemanahan, diputuskan bahwa langkah yang harus dilakukan adalah dengan membuka sebuah hutan bernama Hutan Kedu.
Keputusan untuk memperluas wilayah kekuasaan disebabkan karena Kerajaan Mataram tumbuh menjadi wilayah yang semakin ramai.
Panembahan Senopati kemudian memberikan tugas ini kepada anaknya yang bernama Pangeran Purbaya. Untuk melakukan tugasnya ini, Panembahan Senopati membekali Pangeran Purbaya dengan sebuah tombak yang bernama Tombak Kyai Pleret. Tombak Kyai Pleret ini diberikan oleh Panembahan Senopati kepada Pangeran Purbaya karena Hutan Kedu dikuasai oleh seorang raja jin yang sangat sakti.
Nama Magelang mungkin berasal dari kata “Mage” yang berarti “orang budiman” dan “lang” yang berarti “kependekan dari kata bahasa”. Artinya bisa jadi “bahasa orang budiman” atau “kota para budiman”. Versi lain yang lebih populer mengatakan bahwa Magelang berasal dari kata “tepung gelang”, yang berarti “mengepung rapat seperti gelang”.
Pada tahun 1818, Magelang dipilih sebagai ibu kota Karesidenan Kedu. Setelah Belanda menaklukkan pemerintah Inggris, kedudukan Magelang semakin kuat. Belanda menjadikan Magelang pusat lalu lintas perekonomian, kota militer, hingga “Tuin Van Java” (kebun atau taman tanah Jawa).
KOMENTAR ANDA