KOTA Kediri, Jawa Timur, diperkirakan telah ada sejak 27 Juli 879 Masehi, berdasarkan prasasti Kwak. Kota Kediri adalah kota terbesar ketiga di Provinsi Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang.
Kediri juga merupakan ibukota dari Karasidenan Kediri yang terdiri dari beberapa kota dan kabupaten yaitu Kabupaten Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar dan Trenggalek.
Kota Kediri juga pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, yang kemudian dipindahkan ke Kediri setelah kerajaan Panjalu menang. Kerajaan Kediri, yang juga disebut Daha atau Panjalu, berdiri sekitar 1045 Masehi dan setelah 177 tahun berdiri, akhirnya runtuh pada 1222 Masehi. Sri Samarawijaya adalah raja pertama dan pendiri Kerajaan Kediri.
Kota Kediri juga memiliki asal-usul lain, seperti cerita rakyat Jawa Timur tentang Prabu Airlangga yang kebingungan membagi kerajaannya. Dalam cerita ini, Prabu Airlangga, Dewi Kilisuci, tidak ingin naik tahta, sehingga Prabu Airlangga harus menyerahkan tahta kepada putra selirnya.
Kota Kediri memiliki nama lain, seperti “Zelfstanding Gemeenteschap” yang berarti “kota swapraja”. Pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949, Kediri menjadi salah satu titik rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Kota Kediri diketahui mengalami sejarah kelam pada era Pemberontakan G30S PKI, ketika banyak penduduk Kediri menjadi korban.
Penduduk kota ini berjumlah 289.418 jiwa, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kediri tahun 2023. Julukan kota ini adalah “Kota Tahu”. Suku mayoritas penduduk Kediri adalah Jawa lalu diikuti Tionghoa, Batak, Manado, Ambon, Madura, Sunda, Arab dan berbagai perantauan dari luar Suku Jawa.
Terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur, Kota Kediri menyeruak di antara kilau kota-kota besar. Kota ini memiliki slogan “Harmoni Kediri”.
KOMENTAR ANDA