Ilustrasi pencegahan cacar monyet/Foto: int
Ilustrasi pencegahan cacar monyet/Foto: int
KOMENTAR

DALAM upaya melindungi masyarakat dari ancaman cacar monyet atau Monkey Pox (Mpox), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan kembali pentingnya penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, Harimat Hendrawan, menegaskan bahwa langkah-langkah seperti pemberian vaksin, penggunaan alat pelindung diri (APD), serta menghindari kontak dengan hewan atau lingkungan yang terkontaminasi adalah kunci pencegahan yang efektif.

"Pada dasarnya, kita harus kembali disiplin menjalankan protokol kesehatan agar terhindar dari risiko penularan," ujar Hendrawan dalam keterangan resminya, Rabu, 4 September 2024, di Jakarta.

Hendrawan menjelaskan bahwa pengobatan cacar monyet lebih banyak bersifat suportif, berfokus pada penanganan gejala dan pencegahan infeksi sekunder. Untuk kasus-kasus yang lebih parah atau berisiko tinggi, terapi antiviral bisa menjadi pilihan.

Meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus cacar monyet pada hewan di Indonesia, Harimat tetap mengingatkan akan potensi penularan dari manusia kembali ke hewan (spill back), terutama di lingkungan yang banyak berinteraksi dengan hewan peliharaan.

Di sisi lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa pemerintah tengah memperkuat deteksi dini penyakit menular guna mencegah masuknya cacar monyet. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap munculnya strain baru Mpox, Clade 1B, yang diketahui memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi dibanding strain Clade 2B yang sebelumnya lebih umum di Asia.

"Strain Clade 1B memiliki risiko kematian mendekati 10 persen, jauh lebih tinggi dibanding Clade 2B yang hanya 0,1 persen," ungkap Menkes Budi.

Sebagai bagian dari strategi pencegahan, Kemenkes mengaktifkan metode Electronic Surveillance Card, mirip dengan sistem Aplikasi PeduliLindungi yang digunakan selama pandemi COVID-19. Setiap pelancong dari luar negeri akan memindai QR code untuk mencatat riwayat perjalanannya, di mana notifikasi berupa warna hijau, kuning, atau merah akan menunjukkan status kesehatan mereka.

Selain itu, Kemenkes telah menyiapkan dua unit mesin PCR yang mampu mendeteksi gejala cacar monyet dalam waktu 30-40 menit. Mesin-mesin ini ditempatkan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali untuk mempercepat proses diagnosis.

Dengan langkah-langkah pencegahan ini, pemerintah berharap masyarakat dapat terlindungi dari ancaman cacar monyet serta varian baru yang lebih berbahaya. Tetap waspada dan jalankan protokol kesehatan adalah kunci utama menghadapi tantangan ini.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health