Banyak anak Indonesia yang mengalami obesitas akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis/Foto:Net
Banyak anak Indonesia yang mengalami obesitas akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis/Foto:Net
KOMENTAR

KEGEMUKAN pada anak-anak di Indonesia menjadi masalah yang semakin mendapat perhatian. Obesitas pada anak tidak hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius di masa depan, seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap konsumsi gula pada anak sangat penting.

Dalam upaya mengatasi obesitas, banyak orang tua kini mulai mengganti gula dengan pemanis alami seperti stevia. Stevia adalah pemanis yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana dari Amerika Selatan. Daun stevia mengandung zat kimia bernama glikosida steviol yang memberikan rasa manis yang sangat pekat. Bahkan, rasa manis stevia bisa mencapai 200 hingga 400 kali lipat lebih manis daripada gula biasa.

Keunggulan Stevia

Stevia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan gula biasa. Salah satu yang paling menonjol adalah bahwa stevia tidak mengandung karbohidrat, kalori, atau zat buatan lainnya. Ini menjadikannya pilihan yang menarik bagi mereka yang ingin mengurangi asupan kalori tanpa mengorbankan rasa manis. Beberapa orang mungkin merasa stevia memiliki rasa yang sedikit pahit atau mirip mentol, tetapi banyak juga yang tidak merasa terganggu oleh rasa tersebut.

Stevia untuk Anak-Anak

Apakah stevia aman untuk anak-anak? Menurut Dr. Yoga Devarea Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gizi dan Metabolik, stevia yang hampir tidak mengandung kalori terbukti aman untuk dikonsumsi oleh orang dewasa, sehingga juga aman untuk anak-anak.

Dalam acara 'Forum Ngobras Media Diskusi tentang Meluruskan Miskonsepsi Gula pada Nutrisi Anak', Dr. Yoga menjelaskan bahwa meskipun stevia terbukti aman untuk orang dewasa, penggunaannya pada anak-anak tetap harus dilakukan dengan hati-hati.

"Kalorinya (stevia) hampir tidak ada. Untuk anak selalu kita kondisikan secara umum. Biasanya dewasa sudah membuktikan ini aman, baru akan diizinkan ke anak," ujar Dr. Yoga.

Menurut Dr. Yoga, stevia bukanlah bahan yang dilarang dan bisa menjadi alternatif yang baik, terutama untuk anak remaja yang menghadapi masalah kegemukan.

"Jadi kalau misal anaknya sudah remaja dan kebetulan kegemukan, penggunaan gula bisa digantikan oleh pemanis seperti stevia. Dia bukan pemanis buatan, tapi pemanis alami yang non-sugar," tambahnya.

Mengganti gula dengan stevia bisa menjadi langkah positif dalam mengatasi obesitas anak, terutama jika stevia digunakan sebagai bagian dari pendekatan yang lebih luas untuk pengelolaan berat badan. Seperti halnya dengan semua perubahan diet, konsultasi dengan profesional kesehatan adalah langkah bijak untuk memastikan bahwa perubahan ini sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan individu anak.

Apa yang Perlu Diketahui Ortu?

Masalah obesitas pada anak di Indonesia mendorong orang tua untuk lebih cermat dalam mengatur asupan gula. Dr. Yoga Devarea Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gizi dan Metabolik, memberikan panduan penting tentang batasan asupan gula harian bagi anak-anak, serta bagaimana cara menghitungnya.

Batasan Asupan Gula

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar asupan gula tidak melebihi 10 persen dari total kalori harian.

"Dulu, rekomendasi WHO untuk asupan gula adalah 20 persen atau bahkan 15 persen, namun sekarang sudah turun menjadi 10 persen. Akan lebih baik jika bisa di bawah 5 persen," ujar Dr. Yoga.

Anjuran untuk Anak-Anak

Sebagai dokter anak, Dr. Yoga mengikuti rekomendasi dari asosiasi dokter anak di Eropa dan Amerika, yang juga merekomendasikan batas asupan gula tambahan di bawah 10%. Namun, penting untuk diingat bahwa jumlah gula yang diperbolehkan bisa bervariasi tergantung pada kebutuhan kalori masing-masing anak.

"Total asupan gula itu relatif, tergantung pada kebutuhan kalori anak. Jadi, 10 persen dari total kalori boleh dalam bentuk gula bebas," jelas Dr. Yoga.

Cara Menghitung Asupan Gula

Untuk membantu orang tua menghitung asupan gula yang tepat, Dr. Yoga memberikan contoh sederhana. Misalnya, untuk anak usia 2-3 tahun dengan berat 10 kg dan kebutuhan kalori harian sekitar 1000 kalori:

  1. Hitung 10 persen dari total kalori:
    • 10 persen dari 1000 kalori adalah 100 kalori.
  2. Konversi kalori ke gram gula:
    • 1 gram gula mengandung sekitar 4 kalori.
    • Jadi, 100 kalori dibagi 4 kalori per gram gula = 25 gram gula.

Dengan kata lain, anak dengan kebutuhan kalori 1000 per hari boleh mengonsumsi sekitar 25 gram gula.




Anakku, Jadilah Tangguh

Sebelumnya

Benarkah Gen Z Kurang Siap Menghadapi Tantangan Masa Depan? Ini Kata Erick Thohir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting