Ilustrasi anak berkarakter tangguh. (Freepik)
Ilustrasi anak berkarakter tangguh. (Freepik)
KOMENTAR

ORANG TUA, terutama yang memiliki anak remaja, tak sedikit yang mengeluhkan anak-anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak bisa struggle menghadapi tantangan baik di sekolah maupun lingkungan sosial.

Orang tua sering lupa bahwa sebenarnya merekalah yang membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak tangguh. Sejak kecil, asal dalih sayang kepada anak, semua fasilitas diberikan. Apa-apa dilayani. Anak tidak pernah merasa perlu berjuang untuk mendapatkan sesuatu.

Psikolog Halfizh Alfara, S.Psi., M.Psi menyebutkan ada 7 (tujuh) cara pengasuhan positif yang harus dilakukan orang tua untuk mendidik anak bermental tangguh.

  1. Menjadi contoh yang baik. Tunjukkan bahwa orang tua punya kegigihan dan ketahanan, serta bisa melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tuntas. Anak adalah peniru yang ulung, maka dia akan meniru perilaku orang tuanya.
  2. Memuji usaha anak. Pujilah usaha anak yang sudah menunjukkan sikap giat dan pantang menyerah. Fokuslah pada usahanya, bukan hasilnya. Jika tak mampu mencapai target, tetaplah mengapresiasi perjuangannya. Tapi orang tua tetap harus mengkritisi jika memang ada kekurangan atau kekeliruan yang ia lakukan.
  3. Membangun konsep diri yang positif. Ajari anak untuk membayangkan hal-hal baik tentang dirinya (self-love). Ajak anak mengenali potensi diri yang baik tentang sikap gigih dan tidak mudah menyerah. Kelebihan akal dan fisik harus dimanfaatkan untuk menjadi best version of him/her. “Saya makhluk sempurna menurut Allah, maka saya akan berusaha sempurna seizin Allah.” Lelah boleh, beristirahat sejenak. Setelah itu bangkit lagi.
  4. Menumbuhkan kemandirian dan daya juang anak. Jangan pernah memanjakan anak, jangan hanya jadikan anak sebagai “raja” yang harus dilayani. Namun jangan selalu ‘merajakan’ anak, ajarkan anak agar bergerak, mampu memecahkan masalah, dan mencari solusi. Anak-anak wajib belajar dan memahami, bukan memenuhi target.
  5. Tidak mudah menghukum dan menghakimi anak. Anak yang sering disalahkan membuat anak mudah menyerah dan memiliki kerentanan secara psikologis, termasuk tidak berani mengambil Keputusan. Orang tua harus menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Ingatkan saja dengan baik, semangati anak untuk menjadi lebih baik.
  6. Melatih anak untuk saling curhat dan terampil dalam meminta nasihat. Jika anak sering curhat, maka itu berarti ia meminta bantuan untuk menguatkan dirinya. Nasihat dari orang yang tepat akan menjadikan anak lebih kuat. Anak yang sering curhat bisa meminimalkan ketekanan psikologis anak karena mampu menceritakan permasalahannya.
  7. Mengajarkan anak untuk selalu berprasangka baik kepada Allah dan mengimani takdir Allah. Banyak anak yang pesimis dan akhirnya menyerah sering bermula dari overthinking tentang masa depannya. Orang tua wajib mengajarkan anak untuk selalu berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan takdir Allah. Tegaskan pada anak untuk fokus pada ikhtiar dan jangan memikirkan hasilnya. Allah melihat ikhtiar hamba-Nya, hasilnya telah ditentukan oleh Allah.

Ayah bunda, mari berintrospeksi tentang pola pengasuhan yang sudah kita lakukan selama ini. Mari berubah ke arah yang lebih baik, it’s now or never.




Mengatasi Obesitas Anak: Apakah Stevia Pemanis yang Aman dan Efektif?

Sebelumnya

Benarkah Gen Z Kurang Siap Menghadapi Tantangan Masa Depan? Ini Kata Erick Thohir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting