PEMADAMAN listrik yang direncanakan di Ekuador telah dimulai sehari lebih awal karena kekeringan parah mengganggu pembangkit listrik tenaga air.
Negara ini mengalami kekeringan terburuk dalam 60 tahun, tanpa adanya curah hujan yang signifikan selama lebih dari dua bulan.
Pemerintah telah mengumumkan pemadaman listrik malam hari di seluruh negeri akan terjadi pada hari ini, tetapi 12 provinsi mengalami pemadaman listrik dari pukul 08:00 hingga 17:00 waktu setempat selama akhir pekan.
Beberapa negara Amerika Selatan saat ini sedang mengalami kekeringan terburuk yang pernah ada, yang juga memicu sejumlah kebakaran hutan.
Pembangkit listrik tenaga air memenuhi 70 persen kebutuhan listrik Ekuador, tetapi cadangan air yang menjadi bahan bakarnya telah turun ke tingkat kritis.
Presiden Ekuador Daniel Noboa mengatakan kemungkinan akan ada pemotongan lebih lanjut dan tindakan darurat lainnya yang akan diterapkan jika tingkat air di pembangkit listrik tenaga air tidak segera dipulihkan.
Selain 71 hari tanpa hujan, Noboa juga menyalahkan keadaan darurat pada kegagalan politik.
Dalam sebuah pernyataan, presiden menyalahkan krisis listrik pada kegagalan pemerintahan sebelumnya untuk memelihara infrastruktur secara memadai dan kurangnya perencanaan darurat.
Peringatan merah telah diberlakukan di 15 provinsi termasuk ibu kota Quito. Sebanyak 60 kawasan di Quito telah mengalami pemotongan pasokan air sebagai bagian dari tindakan penjatahan.
Kurang dari enam bulan lalu warga Ekuador terakhir kali membatasi listrik. Pada bulan April, kekeringan menyebabkan negara memberlakukan pemadaman listrik hingga 13 jam sehari.
Kekeringan yang terjadi saat ini tentu saja tidak hanya terjadi di Ekuador – beberapa negara lain di Amerika Selatan juga merasakan dampak kekeringan terburuk yang pernah ada.
Kekeringan ekstrem telah menghancurkan sebagian besar wilayah Amazon dan Pantanal di Brasil, Bolivia, dan Peru.
Di Kolombia, petugas pemadam kebakaran tengah memerangi puluhan kebakaran, yang sejauh ini telah merusak hampir 11.000 hektare.
Awal minggu ini, pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari di wilayah hutan yang berbatasan dengan Brasil dan Ekuador yang paling parah terkena dampak kebakaran hutan.
Kekeringan juga telah melemahkan sungai Amazon yang luas, sehingga mempengaruhi pasokan makanan dan mata pencaharian penduduk setempat.
Minggu lalu, Dinas Geologi Brasil (SGB) mengatakan tingkat permukaan air di banyak sungai di lembah Amazon telah mencapai titik terendah yang pernah tercatat .
Pada tahun 2023, lembah Amazon mengalami kekeringan paling parah dalam setidaknya 45 tahun. Menurut para ilmuwan di kelompok Atribusi Cuaca Dunia, potensi terjadinya kekeringan tersebut menjadi beberapa kali lebih besar akibat perubahan iklim.
KOMENTAR ANDA