Gunung Krakatau (Canva/Grafis: Adelia)
Gunung Krakatau (Canva/Grafis: Adelia)
KOMENTAR

GUNUNG Krakatau atau Krakatoa (Cracatoa) adalah sebuah gunung berapi yang berada di wilayah Selat Sunda. Dasar gunung ini 300 meter di bawah permukaan laut, dengan ketinggian kerucut sekitar 813 meter di atas laut.

Krakatau adalah pulau vulkanik di Selat Sunda, antara Jawa dan Sumatra, yang merupakan bagian dari ‘Cincin Api’. Pada bulan Mei 1883, Krakatau mulai mengeluarkan abu dan uap hingga ketinggian 6 kilometer, dan menghasilkan ledakan yang sangat keras hingga terdengar hampir 100 mil jauhnya.

Letusan eksplosifnya di tahun 1883 menjadi salah satu bencana alam paling dahsyat yang tercatat dalam sejarah dunia. Tak hanya memuntahkan abu dan batu apung ke laut dalam bentuk aliran piroklastik, letusannya pun membuat dunia berguncang dan gelap, hingga menciptakan gelombang tsunami setinggi 40 meter yang menghancurkan 300 desa di sepanjang Selat Sunda.

Yang paling menakjubkan adalah selamatnya kapal Gouverneur Generaal Loudon yang sedang berlayar ke utara menuju Teluk Betung.

Gunung Krakatau sempat tidak aktif selama lebih dari 200 tahun sebelum akhirnya meletus pada 1883. Catatan sebelumnya menunjukkan bahwa selama berabad-abad, gunung ini dikenal masyarakat Jawa sebagai ‘Gunung Api’.

Sejumlah orang berhipotesis bahwa gunung tersebut pernah meletus pada abad ke-6 hingga menyebabkan perubahan iklim global. Dan di tahun 1680, pelaut Belanda melaporkan melihat Gunung Krakatau meletus, mereka bahkan mengambil potongan besar batu apung juga bukti aliran lava.

Setelah letusan besar, gunung Krakatau menyisakan kompleks kepulauan yang terdiri atas Pulau Rakata di selatan, Pulau Sertung di barat laut, Pulau Panjang, dan Anak Krakatau.

Gunung Anak Krakatau mulai tumbuh sejak tahun 1930. Seiring letusan demi letusan, Anak Krakatau bertambah tinggi dan bertambah besar, hingga membentuk kerucut yang ada saat ini. Material yang keluar dari letusan eksplosif maupun efusif memperluas wilaah daratannya dan menambah tinggi kerucutnya.

Dikutip dari sejumlah sumber, diketahui bahwa gunung Anak Krakatau ’membisu’ untuk waktu yang relatif panjang. Namun sejak tahun 2015, gunung ini kembali masuk periode aktif.

Awalnya, para ilmuwan berpendapat bahwa Anak Krakatau hanya bisa mengancam bila ketinggiannya sudah menyamai sang Ibu, yaitu sekitar 800-an meter di atas permukaan laut. Namun ternyata tak perlu menunggu itu terjadi. Pada 22 Desember 2018, erupsi gunung itu menjadi yang paling mematikan dalam sejarah Anak Krakatau.

Seperti letusan Krakatau di tahun 1883, geliat vulkanik Anak Krakatau di penghujung 2018 itu menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan 437 orang di wilayah Banten dan Lampung. Gelombang air itu tercipta saat punggung Anak Krakatau dengan luas 44 hektare tersebut amblas ke dalam laut.

Dengan luas 320 hektare, gunung ini menjadi tempat wisata populer bagi peneliti gunung api dan pendaki. Gunung Anak Krakatau masuk daftar kawasan cagar alam yang dikelola Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Namun karena status yang aktif, tak heran seluruh wilayahnya menjadi pulau tak berpenghuni.




Ikhsan Sya’ban, Aktif Berdakwah di Tengah Karier Gemilang Sebagai Marketing Director NBRS Corp

Sebelumnya

Sekolah Indonesia Cairo Tampil di World Children Festival 2024 Mesir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon