RUJAK Cingur adalah salah satu kuliner khas dari Surabaya, Jawa Timur, yang terkenal dengan perpaduan cita rasa unik dan bahan-bahan yang variatif.
"Rujak" dalam bahasa Indonesia mengacu pada hidangan campuran buah-buahan segar yang disajikan dengan sambal kacang, sementara "cingur" berarti hidung, yang dalam hal ini merujuk pada bagian moncong sapi yang direbus dan menjadi salah satu bahan utama dari rujak cingur.
Rujak Cingur dipercaya sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-13 hingga ke-15. Makanan ini konon dikonsumsi oleh masyarakat Jawa sebagai salah satu hidangan sehari-hari atau untuk acara-acara tertentu.
Rujak cingur berasal dari kebiasaan masyarakat setempat yang gemar memadukan bahan-bahan lokal, terutama sayur dan buah, dengan sambal kacang yang pekat.
Nama "cingur" yang berarti moncong sapi menjadi ciri khas utama yang membedakan rujak cingur dengan rujak lainnya.
Menurut beberapa sumber, penggunaan cingur dalam hidangan ini dimulai dari tradisi kuliner Jawa yang memanfaatkan setiap bagian dari hewan ternak, termasuk bagian yang jarang digunakan, seperti cingur.
Moncong sapi yang digunakan dalam rujak cingur direbus terlebih dahulu hingga empuk sebelum dicampur dengan bahan lainnya.
Rujak cingur terdiri dari berbagai macam bahan, baik dari kelompok buah-buahan maupun sayuran. Biasanya, bahan-bahan yang digunakan antara lain:
- Cingur sapi: Bagian moncong sapi yang direbus hingga empuk.
- Buah-buahan: Seperti mangga muda, nanas, bengkuang, dan timun.
- Sayuran: Kangkung, tauge, dan kacang panjang yang sudah direbus.
- Tahu dan tempe: Digoreng terlebih dahulu untuk memberikan tekstur yang kontras.
- Bumbu kacang: Campuran kacang tanah, petis (fermentasi ikan atau udang khas Jawa Timur), cabai, gula merah, dan sedikit air asam jawa.
Semua bahan tersebut dicampur menjadi satu dan disajikan dengan bumbu petis yang gurih dan sedikit manis. Terkadang, rujak cingur juga disajikan dengan lontong atau kerupuk untuk menambah rasa dan tekstur yang lebih kompleks.
Bagi masyarakat Jawa, rujak cingur bukan sekadar makanan biasa. Beberapa pihak meyakini bahwa rujak cingur juga melambangkan harmoni antara manusia dan alam, di mana bahan-bahan dari berbagai unsur—seperti darat (sayuran), laut (petis), dan hewan (cingur)—dapat bersatu dalam satu hidangan yang lezat.
Rujak cingur sering kali disajikan dalam acara-acara penting, termasuk selamatan atau upacara adat tertentu, yang menunjukkan bahwa makanan ini memiliki tempat khusus dalam budaya Jawa Timur.
Kini, rujak cingur telah menjadi salah satu ikon kuliner Jawa Timur, khususnya Surabaya. Para wisatawan lokal maupun mancanegara kerap mencari rujak cingur sebagai bagian dari pengalaman kuliner mereka di kota ini.
Meski proses pembuatannya cukup rumit, keunikan rasanya membuat rujak cingur tetap bertahan sebagai salah satu makanan tradisional yang populer.
Warung-warung makan yang menyajikan rujak cingur bisa ditemukan di berbagai sudut kota Surabaya, baik di pedagang kaki lima maupun restoran besar. Beberapa warung bahkan telah eksis selama puluhan tahun, menjaga tradisi pembuatan rujak cingur yang autentik.
Rujak Cingur adalah perpaduan tradisi, sejarah, dan keunikan cita rasa yang menggambarkan kekayaan kuliner Jawa Timur.
Hidangan ini bukan hanya menawarkan kelezatan, tetapi juga cerita dan simbolisme yang dalam terkait budaya masyarakat setempat. Meski mengalami perkembangan zaman, rujak cingur tetap menjadi bagian penting dari identitas kuliner Surabaya dan terus diminati oleh berbagai kalangan.
KOMENTAR ANDA