ANGGOTA Komisi X DPR RI Verrell Bramasta mendorong generasi muda untuk terus berkarya di tengah tantangan perkembangan zaman yang penuh ketidakpastian. Verrell mengatakan generasi muda merupakan agen perubahan yang dapat membangun Indonesia.
"Generasi muda, termasuk milenial dan Gen Z memiliki potensi yang luar biasa dengan berbagai inovasi dan kreativitasnya. Sehingga perlu adanya dukungan penuh untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri generasi muda,” ujar Verrell Bramasta, dalam keterangan yang diterima Farah.id, Selasa (29/10).
Masih dalam momen Hari Sumpah Pemuda yang diperiati setiap tanggal 28 Oktober, Verrell pun menyoroti dinamika yang dialami anak muda di era globalisasi ini, khususnya bagi kelompok milenial dan Gen Z.
“Pemuda era sekarang dituntut untuk memiliki kompetensi tinggi agar punya daya saing, khususnya di dunia kerja,” ungkap salah satu Anggota DPR dari kalangan milenial ini.
Berdasarkan keterangan Euronews, perusahaan ramai-ramai memberhentikan karyawan Gen Z tak lama setelah diterima. Hal itu terungkap dari sebuah studi yang melibatkan 1.000 manajer yang membawahi pekerja usia 20-an. Hasilnya menyatakan satu dari enam mengaku tidak mau lagi mempekerjakan Gen Z karena reputasi mereka yang kurang baik.
Ada 10 alasan terbesar Gen Z dipecat berdasarkan studi yakni karena kurang motivasi dan inisiatif dalam bekerja (50%), kurang profesional (46%), kurang kemampuan organisasi (42%), kurang kemampuan komunikasi (39%), kurang bisa menanggapi feedback (dari atasan atau klien) (38%), kurang pengalaman kerja yang relevan (38%), kurang dalam memecahkan masalah (34%), kemampuan teknisnya tidak efisien (31%), tidak bisa berbaur dengan budaya perusahaan (31%), hingga kesulitan bekerja tim (30%).
"Melihat data tersebut, saya yakin Gen Z di Indonesia jauh lebih baik. Selama diberi kesempatan, Gen Z pasti mampu beradaptasi dengan karakter khas yang dimiliki mereka,” kata Verrell.
Legislator dari dapil Jawa Barat VII ini mengungkapkan, generasi Z dan milenial unggul dalam beradaptasi dengan kemajuan teknologi serta digitalisasi yang sangat cepat. Verrell menyebut, Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang seperti itu untuk membangun bangsa.
"Di era digital saat ini, Indonesia tentu membutuhkan generasi muda dalam memaksimalkan kreativitasnya. Saya percaya, generasi muda Indonesia termasuk Gen Z bisa diajak diskusi dan diarahkan agar menjadi lebih baik," jelasnya.
Riset NielsenIQ dan World Data Lab menyebutkan bahwa Gen Z dan generasi milenial saat ini menyumbang masing-masing 17,1 persen dan 22,5 persen dari total pengeluaran global pada 2024 senilai US$ 57,6 triliun atau setara Rp 872 kuadriliun. Meski demikian, jumlah pengeluaran Gen Z dan milenial itu masih kalah dari Gen X (kelahiran 1965-1980) yang menyumbang 23,5 persen dari nilai belanja global.
Artinya Gen Z berpotensi menjadi penggerak ekonomi di tengah Doom Spending. Doom Spending ialah kebiasaan belanja secara impulsif sebagai respons terhadap stres.
Terkait hal itu, Verrell menyoroti bagaimana karakter unik Gen Z yang sudah lebih sadar terhadap pentingnya kesehatan mental, khususnya di dunia kerja.
“Sering kali, karakter unik Gen Z ini dianggap sebagai kekurangan. Padahal kalau menurut saya, ini adalah kelebihan yang seharusnya disadari oleh generasi-generasi sebelum mereka. Banyak hal yang justru bisa kita pelajari dari karakter Gen Z,” sebut Verrell.
Lebih lanjut, Verrell menilai Gen Z bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk berkarya dalam berbagai bidang.
“Generasi muda bisa memanfaatkan dunia digital untuk berbagai hal yang harus dilakukan pada ranah positif, sehingga mendapatkan hasil dari dunia digital. Jadi peluang bagi anak muda saat ini lebih luas, tidak terbatas pada ranah tradisional saja,” ungkapnya.
Selain dunia digital, Verrell juga mendorong generasi muda mengeksplor bakatnya di berbagai bidang. Baik di akademik, keolahragaan, seni budaya, ekonomi kreatif, UMKM, kewirausahaan dan lain sebagainya.
“Generasi muda memiliki banyak peluang dengan mengeksplore kemampuan diri melebihi yang mereka pikirkan. Kita bisa lihat banyak entrepreneur yang berhasil dari kalangan generasi muda,” terang Verrell.
“Belum lagi prestasi-prestasi membanggakan dari generasi muda yang banyak mengharumkan nama bangsa seperti para atlet, pemenang lomba-lomba olimpiade akademik, dan lain-lain,” imbuhnya.
Verrel pun menyebut generasi muda saat ini memiliki kesempatan untuk berkarya di jalur-jalur non-formal. Untuk itu, Verrell mendorong Pemerintah dan sektor dunia pendidikan untuk memperbanyak program vokasi bagi generasi muda.
“Kemajuan zaman menuntut generasi muda untuk semakin kompetitif, sehingga pemuda/pemudi Indonesia harus punya kelebihan skill di luar akademik agar tidak kalah dengan AI dan bisa bersaing baik di sektor formal dan non-formal,” kata Verrell.
“Saat ini ada banyak peluang di sektor non-formal yang bisa dimanfaatkan oleh generasi muda. Kesempatan ini yang harus diambil oleh kita sebagai anak muda. Pendidikan vokasi juga bisa menjadi salah satu sarana pemberdayaan bagi Gen Z,” tambahnya.
Program Vokasi sendiri merupakan program pendidikan pada jenjang pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global.
Adapun jenis pendidikan vokasi menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu dan pembelajarannya lebih banyak pada praktek yang sekaligus untuk menerapkan teori. Misalnya untuk ilmu fotografi, pariwisata, penyiaran dan lain-lain.
KOMENTAR ANDA