Dua calon presiden AS di Pilpres 2024, perolehan suara diyakini bakal ketat. (rnz)
Dua calon presiden AS di Pilpres 2024, perolehan suara diyakini bakal ketat. (rnz)
KOMENTAR

PEMILIHAN Presiden Amerika Serikat 2024 makin mendekati titik puncak. Dengan ketegangan politik yang tinggi dan dinamika yang terus berkembang, dua calon presiden berusaha meraih perhatian dan dukungan pemilih untuk memenangkan posisi orang nomor satu di negara adidaya itu.

Siapa bakal menang, mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik atau Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat?

Pemilihan Presiden AS 2024 dilaksanakan 5 November 2024. Seperti biasa, ini akan menjadi pemilihan umum di mana pemilih memilih pemimpin negara melalui sistem Electoral College, dengan masing-masing negara bagian memiliki sejumlah suara elektoral berdasarkan jumlah penduduknya.

Dilansir USA.gov, hasil penghitungan akhir Pemilihan Presiden Amerika Serikat diumumkan setelah digelarnya Electoral Vote yang ditentukan oleh Electoral College pada bulan Desember tahun ini. Barulah kemudian di awal Januari 2025, Kongres bakal mengumumkan hasil akhir Pilpres Amerika Serikat, serta melantik Presiden Amerika Serikat terpilih pada tanggal 20 Januari mendatang.

Trump dan kesempatannya untuk kembali ke White House

Donald Trump, mantan Presiden yang menjabat dari 2017 hingga 2021, telah menjadi calon presiden yang paling menonjol dari Partai Republik dalam pemilihan 2024. Meskipun menghadapi sejumlah tantangan hukum dan investigasi yang berkelanjutan, Trump tetap menjadi tokoh dominan dalam politik Amerika.

Pencalonannya kembali pada 2024 telah direspons dengan campuran antara loyalitas yang kuat dari basis pendukungnya dan penolakan tajam dari sebagian besar publik dan elit politik lainnya.

Sejak pengumuman pencalonannya pada awal 2023, Trump telah memanfaatkan popularitasnya di kalangan pemilih konservatif, dengan fokus pada isu-isu seperti imigrasi, keamanan nasional, dan kebijakan luar negeri yang lebih agresif.

Dalam beberapa bulan terakhir, Trump semakin mendekati pemilu dengan strategi yang menonjolkan lawan-lawan politiknya, serta mengecam kebijakan-kebijakan pemerintahan Joe Biden yang dianggap gagal. Ia pun berupaya menggali kekecewaan publik terhadap pemerintahan saat ini dengan menawarkan solusi yang lebih radikal, seperti kebijakan "America First" yang mengutamakan kepentingan nasional.

Akankah Kamala Harris jadi Presiden Perempuan Pertama AS?

Kamala Harris, sebagai wanita pertama dan orang kulit hitam pertama yang menjabat sebagai Wakil Presiden AS, Harris telah meraih perhatian besar di kancah politik domestik maupun internasional. Meskipun popularitasnya sempat turun pada awal masa jabatannya, dia kembali mendapat momentum yang signifikan menjelang pemilu 2024.

Kamala Harris telah berfokus pada beberapa isu besar, termasuk reformasi keadilan sosial, perubahan iklim, kesehatan, dan akses pendidikan. Dia juga menggunakan pengalamannya sebagai mantan jaksa umum dan senator untuk membangun citra sebagai pemimpin yang tegas dalam penegakan hukum dan keadilan sosial.

Keberhasilannya dalam memimpin beberapa inisiatif kebijakan dalam pemerintahan Biden, serta kemampuannya untuk menarik pemilih muda dan minoritas, menjadi faktor penting yang memperkuat posisinya sebagai calon potensial presiden.

Namun, tantangan terbesar Harris adalah menghadapi ketidakpastian politik dan ekonomi yang terjadi selama masa pemerintahan Biden. Kamala Harris dituntut untuk mampu menunjukkan keberanian dan kepemimpinan lebih banyak dalam menghadapi masalah-masalah besar, seperti reformasi ekonomi, perawatan kesehatan, dan ketegangan internasional yang kian meningkat.

Meski popularitasnya yang sempat turun di awal masa jabatan, Kamala Harris berhasil membangun kembali citra positif di kalangan pemilih muda dan progresif.

Salah satu pertarungan politik paling menarik

Pilpres AS tahun ini menjadi salah satu pertarungan politik yang paling menarik dalam sejarah politik AS. Dengan Donald Trump yang mewakili garis keras konservatif dan Kamala Harris yang mewakili progresivisme dan inklusivitas, keduanya mewakili dua kutub ideologi yang sangat berbeda.

Di satu sisi, Trump dikenal dengan pendekatannya yang tegas dan kadang kontroversial, yang menarik bagi sebagian besar pemilih konservatif, sementara Harris berusaha untuk mengimbangi dengan visi kebijakan yang lebih progresif dan inklusif, berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi.

Siapa yang akhirnya akan terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47?




Struktur Kementerian Kabinet Merah Putih

Sebelumnya

Dukung Riset dan Publikasi Ilmiah, Kantor Wilayah Kemenkumham DKI Jakarta Luncurkan Jurnal Yustisia Hukum dan HAM “JURNALIS KUMHAM”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News