Ilustrasi orang kehabisan uang.
Ilustrasi orang kehabisan uang.
KOMENTAR

DOOM spending bisa dialami oleh siapa saja, namun ada beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap perilaku ini.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya doom spending:

Istilah ini merujuk pada kebiasaan pengeluaran yang tidak terkendali atau berlebihan, yang biasanya dipicu oleh perasaan cemas, stres, atau rasa putus asa.

Pada dasarnya, doom spending menggambarkan pola belanja yang didorong oleh emosi negatif, yang bisa berujung pada masalah finansial yang serius.

1. Individu dengan Masalah Kesehatan Mental

Orang yang mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD) cenderung lebih rentan terhadap perilaku doom spending. Dalam banyak kasus, mereka menggunakan belanja sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari perasaan negatif atau sebagai bentuk kompensasi emosional.

2. Orang yang Mengalami Krisis Pribadi atau Stres Berat

Peristiwa besar seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, atau kematian orang terdekat dapat memicu perilaku doom spending. Ketika seseorang merasa tidak berdaya atau terjebak dalam perasaan negatif, belanja bisa menjadi cara untuk sementara merasa lebih baik.

3. Mereka yang Mencari Pengakuan Sosial

Individu yang terlalu fokus pada status sosial atau merasa tidak cukup dihargai mungkin lebih cenderung terlibat dalam doom spending untuk mencoba menampilkan citra tertentu melalui barang-barang konsumsi yang mewah atau trendi.

4. Generasi Milenial dan Gen Z

Penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial dan Gen Z lebih rentan terhadap pengaruh media sosial dan iklan, yang seringkali mendorong mereka untuk berbelanja demi menunjukkan gaya hidup tertentu. Tekanan untuk mengikuti tren atau memiliki barang-barang tertentu untuk "terlihat sukses" dapat memperburuk kebiasaan belanja yang berlebihan.




POLYTRON Memperkenalkan Kitchenmate Oven Listrik

Sebelumnya

Intip Resep Rahasia di Balik Empuknya Singkong Keju

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family