Peluncuran buku “Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa” oleh APPRI (5/11) di Universitas Atma Jaya. (Ist)
Peluncuran buku “Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa” oleh APPRI (5/11) di Universitas Atma Jaya. (Ist)
KOMENTAR

ASOSIASI Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) secara resmi meluncurkan buku “Public Relations di Indonesia dari Masa ke Masa”, di Gedung Yustinus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (5/11).

Buku ini merupakan catatan lengkap pertama mengenai sejarah dan perkembangan praktik serta sektor public relations di Indonesia dan merupakan bagian dari komitmen APPRI untuk mendokumentasikan serta menggarisbawahi peran strategis public relations (PR) di berbagai zaman, di berbagai sektor pembangunan, dan di berbagai konteks.

Dalam sambutannya,  Ketua Umum APPRI Sari Soegondo menyampaikan, “Penyusunan buku ini adalah wujud penghargaan kami terhadap perjuangan dan kontribusi para praktisi PR dalam menegakkan marwah profesi, dan mengembangkan sektor komunikasi, kehumasan dan informasi di Indonesia.”

“APPRI optimis bahwa buku ini tidak hanya menjadi referensi penting dan contoh praktik baik bagi para profesional dan akademisi, tetapi juga sebagai pengingat akan tanggung jawab para praktisi untuk terus menjaga integritas dan kualitas komunikasi publik di tanah air,” lanjutnya.

Selama beberapa dekade terakhir, industri PR di Indonesia tumbuh begitu pesat. Kini hampir di setiap institusi terdapat Public Relations Officer, diiringi dengan bertumbuhnya jumlah perusahaan konsultan PR, perusahaan monitoring pemberitaan serta percakapan digital, perusahaan-perusahaan pemikir strategis, produsen konten digital, dan masih banyak lagi - yang menjadikan keluarga besar praktisi komunikasi dan kehumasan semakin besar.

“Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan kondisi ini menuntut semua pelaku industri, termasuk industri PR, untuk beradaptasi dengan cepat pula. Bukan hanya lanskap media yang terdampak akibat transformasi digital karena keberadaan media sosial, tapi juga dari pembuatan kolateral yang terdampak akibat teknologi AI,” kata Lawrence Chandra, Director Inke Maris & Associates.

“Siaran pers sudah bisa dibuat oleh AI dan ini membuat kita bertanya akan peran praktisi tergantikan dengan teknologi ini? Jawabannya adalah tidak jika kita bisa memastikan untuk tetap relevan terhadap kebutuhan komunikasi korporasi dan bisa memosisikan diri sebagai mitra strategis klien kita,” imbuhnya.

Ekosistem ini menjalankan fungsi-fungsi komunikasi dan kehumasan secara strategis yang berpraktik mendukung pencapaian tujuan di begitu banyak sektor, menandakan kesadaran akan pentingnya PR, serta kebutuhan yang semakin tinggi akan kerja PR yang profesional, bertanggungjawab, berdampak dan terukur.

Gairah dan pencapaian PR di Indonesia yang luar biasa ini perlu didokumentasikan, bukan hanya sebagai media untuk merunuti sejarah masa lalu, namun juga sebagai sarana pembelajaran dari berbagai tantangan yang dihadapi, solusi, dan praktik baik yang tercipta dari masa ke masa, terlepas dari terbatasnya catatan sistematis mengenai sejarah perkembangan PR di Indonesia selama ini.

“Seringkali kita lupa bahwa untuk maju ke depan kita perlu melihat ke belakang dan belajar dari pengalaman yang lalu untuk mencapai kesuksesan di masa mendatang. Apa saja pencapaian kita dalam industri PR dan seberapa jauh perkembangan industri PR di Indonesia sejak awal kemerdekaan, memasuki era reformasi, hingga masa pandemi dan era digital. Dengan demikian, perkembangan teknologi yang terjadi serta dampaknya terhadap industri bisa dihadapi dengan lebih bijak tanpa mengorbankan etika serta standar kerja yang telah dicapai sebelumnya,” ujar Laurentius Iwan Pranoto, Head of PR, Marcomm and Event, Asuransi Astra.

“Berdasarkan sejarah PR di Indonesia dari masa ke masa, kita akan mampu menempatkan tantangan industri pada konteksnya sehingga tidak kehilangan arah,“ lanjutnya.

Buku ini disusun melalui studi literatur, pengumpulan data yang mendalam dan disertai wawancara terhadap para pelaku sejarah. 

Tim penyusun yaitu Jojo S. Nugroho (Ketua Umum APPRI 2021-2024), Asti Putri (Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan APPRI 2021-2024) dan Hannie Kusuma  (Anggota Bidang Penelitian & Pengembangan APPRI 2021-2024).

Mereka melakukan wawancara terhadap lebih dari 60 narasumber mulai dari praktisi kehumasan, pejabat, akademisi, dan sejarawan, untuk menggali perjalanan panjang profesi kehumasan di Indonesia sejak masa pra-kemerdekaan hingga era digital saat ini – termasuk perubahan praktik yang signifikan melalui masa pandemi.

Acara peluncuran buku ini juga merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Road to World Public Relations Forum (WPRF) 2024 yang akan diselenggarakan pada 19-22 November 2024 mendatang di Bali.

Melalui buku ini, APPRI berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya PR dan mendorong kolaborasi antar pelaku industri. Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi yang tak terbendung, pemahaman yang mendalam tentang praktik PR akan menjadi bekal berharga bagi generasi penerus untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Sebagai dukungan APPRI terhadap pengembangan pengetahuan dan keterampilan kerja PR di kalangan mahasiswa dan calon profesional muda, pada kesempatan ini APPRI meresmikan kerjasamanya dengan Universitas Katolik Atma Jaya yang ditandai dengan penandatangan Nota Kerjasama dengan Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K).

Acara dihadiri oleh perwakilan kementerian/lembaga, sektor swasta, organisasi serumpun lainnya, asosiasi industri, asosiasi profesi, pimpinan fakultas ilmu komunikasi, program studi komunikasi dan kehumasan, universitas, media, praktisi senior, mahasiswa, serta tentunya para pendiri dan pimpinan firma konsultan PR anggota APPRI.




Festival Pilkada “Jakarta Oh Jakarta” 2024: Ruang Interaktif yang Menghubungkan Warga dengan Program 3 Paslon

Sebelumnya

Rexona Run 2024 Diikuti 3.500 Pelari yang Tunjukkan Semangat #LanjutTerus

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E