NAMA Ustaz Ikhsan Sya’ban dikenal sebagai seorang pendakwah yang aktif mengisi acara religi di sejumlah televisi nasional, salah satunya Cahaya Hati di iNews TV. Namun mungkin belum banyak orang tahu bahwa sehari-harinya, Ustaz Ikhsan menggeluti profesi sebagai seorang Marketing Director di NBRS Corp, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang muslim fashion.
Di tangan Ustaz Ikhsan, begitu ia biasa disapa, NBRS tumbuh dan berkembang menjadi sebuah muslim fashion brand yang memberikan varian lengkap busana muslim untuk semua kalangan. Mulai dari kelas menengah hingga kelas atas (premium class), NBRS menghadirkan koleksi lengkap yang selalu mendapat respons positif dari para pelanggan setia.
Memiliki latar belakang pendidikan di bidang komunikasi, Ustaz Ikhsan pernah memiliki karier gemilang di NGO internasional yang berbasis di Pasifik, tepatnya di Australia. Sekian tahun meniti karier di luar negeri, ia memutuskan untuk kembali ke Tanah Air pada tahun 2007. Pekerjaan pertama yang ia dapatkan di Indonesia saat itu adalah di industri fesyen muslim.
Bersama Sandiaga Salahuddin Uno (dok. pribadi)
“Banyak yang bertanya bagaimana saya bisa berkecimpung di industri fesyen muslim, saya tidak tahu pasti jawabannya. Awalnya karena memang saya mendapat kesempatan berkarier di bidang ini, tapi ternyata total sudah 19 tahun saya bergulat di industri fesyen Tanah Air khususnya di modest fashion. Saya sempat masuk ke industri media, tapi setelah itu kembali lagi ke industri fesyen,” jelas Ustaz Ikhsan saat ditemui Farah.id di acara IN2MF 2024 baru-baru ini.
Terakhir, Ustaz Ikhsan bernaung di bawah NBRS Corp (Nibras) sejak tahun 2018 hingga saat ini. Bersama tim, ia berhasil membuat NBRS tetap bertumbuh selama pandemi COVID-19. Meskipun tentu saja pertumbuhannya tidak bisa disamakan dengan masa sebelum pandemi melanda dunia.
Menurut ayah lima anak ini, apa yang terjadi selama pandemi adalah sebuah pengalaman berharga yang menjadi hikmah. Saat itu, pelaku industri fesyen tidak bisa menyalahkan market yang memang kehilangan daya beli. Tapi justru di saat itulah kreativitas tanpa batas menjadi solusi untuk bertahan dan tidak kehilangan daya saing.
“Setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun, kami mencari hal baru dari segi marketing concept, tren apa saja yang tidak boleh kami abaikan, juga lecutan untuk terjun ke dunia digital, yang mana sebelumnya penjualan NBRS sebagian besar, 60 sampai 70 persen masih offline, kami dipaksa untuk beralih ke digital marketing,” kisah Ustaz Ikhsan tentang pengalaman profesionalnya menghadapi badai pandemi.
Menurut Ustaz Ikhsan, di usia yang sudah memasuki kepala 4, ia harus selalu mengikuti perkembangan zaman agar bisa unggul di tengah persaingan bisnis yang sangat ketat.
Salah satu kunci agar kreativitas berpikir selalu terasah adalah dengan bergaul dengan anak-anak muda. Dengan teknologi informasi hingga AI yang makin masif penggunaannya saat ini, Ustaz Ikhsan berusaha untuk memahaminya.
Bersama Wamen Ekonomi Kreatif Irene Umar. (dok. pribadi)
“Dalam industri kreatif, kita harus mampu mengomunikasikan produk kita kepada calon konsumen. Kita ingin mereka mengetahui keunggulan produk kita. Dan menciptakan komunikasi efektif itu tidak semudah yang dibayangkan. Sebagai content creator, kita harus bisa mengadaptasikannya ke sejumlah platform media sosial yang tentunya memiliki segmen berbeda, contohnya TikTok,” papar suami dari Aat Sholehati ini berbagi pengalamannya di dunia marketing.
Yang menarik, di tengah kesibukan di industri kreatif, Ustaz Ikhsan tidak melupakan panggilan hati untuk berdakwah. Tak hanya di iNews TV, namanya juga tercatat sebagai Pengisi Materi Majelis Cinta dan Pembina Majelis Thohirul Qolbi.
Sebagai pendakwah, Ustaz Ikhsan tentu melihat tantangan besar bagi generasi muslim saat ini adalah bagaimana agar mereka tetap in-line dengan kemajuan teknologi dan menjadi anak muda kreatif namun tetap bangga dengan Islam sebagai way of life.
“Semua bergantung kepada niat kita, sehebat apa pun kemajuan teknologi, kreativitas, dunia digital, dan lain lain, tapi kalau niatnya bukan karena Allah, maka niscaya tidak ada kebanggaan kita dengan Islam. Tapi jika niatnya untuk ibadah karena Allah, niscaya kebanggaan terhadap Islam dengan kekuatan kemajuan teknologi, kemajuan kreativitas, dan digitalisasi akan semakin bermakna Dan tentunya bangga karena yang memajukan dan menguatkan adalah generasi muda Islam,” tegas Ustaz Ikhsan.
KOMENTAR ANDA