Docang, kuliner tradisional Cirebon. (Sunan Gunung Djati)
Docang, kuliner tradisional Cirebon. (Sunan Gunung Djati)
KOMENTAR

DOCANG merupakan singkatan dari baceman oncom dage dan kacang hijau yang dijadikan taoge. Kini, docang yang banyak dijual pedagang terdiri dari daun papaya yang direbus, taoge, parutan kelapa, dan sayur dage.

Sayur dage dalam docang dibuat dari bahan-bahan rempah, seperti bawang putih, bawang merah, dan kayu manis. Setelah dicampur, docang dapat disajikan dengan kerupuk.

Para penjual docang menggunakan kerupuk yang berbeda-beda, ada yang memakai kerupuk putih, dan ada pula yang menggunakan kerupuk melarat.

Pada tahun 90-an, docang biasanya dijual pada pagi hari sebagai sarapan. Docang sering ditemukan di perkampungan dan memiliki kuah yang khas, yaitu bening. Selain rasanya yang lezat, docang juga memiliki sejarah tersendiri.

Menurut cerita, yang pertama kali membuat docang adalah Ki Gede Bungko. Sejarah docang ini disebutkan dalam dongeng rakyat Bungko.

Pada abad ke-15 Masehi, Sunan Gunung Djati kedatangan tamu dan bingung memilih makanan yang akan disajikan. Ia pun menunjuk Ki Gede Bungko, seorang panglima perang staf angkatan laut pada masa itu, untuk membuat makanan.

Ki Gede Bungko kemudian membuat makanan tersebut dan membawanya ke Sunan Gunung Djati. Makanan itu ia beri nama docang, yang berarti bodo kacang. Hingga saat ini, makanan khas orang-orang Bungko dikenal sangat lezat dan menjadi salah satu ikon kuliner Cirebon.




Devialet Indonesia x Emtu-Tutu-Sejauh Mata Memandang: Memadukan Seni Kontemporer dan Teknologi Audio dalam Proyek “Sound & Vision”

Sebelumnya

Gudeg, Warisan Budaya Kuliner Khas Yogyakarta

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon