Loss Story, salah satu rangkaian acara Grief Fest 2024. (FARAH/Bunga)
Loss Story, salah satu rangkaian acara Grief Fest 2024. (FARAH/Bunga)
KOMENTAR

GRIEF FEST 2024 bertema ”Biarkan Duka Bercerita, Merayakan Semua Rasa” digelar di Ganara Art Space, FX Sudirman, Jakarta Pusat pada 7 Desember 2024.

Salah satu agenda Grief Fest menghadirkan Grief Talk bertajuk “Loss Story” bersama dr. Tjoeng steven, S.p.KJ, Sigit Pratama, Ivy Batuta, dan Mega Annisa.

Grief talk membahas tentang kehilangan sebagai sesuatu hal yang tidak bisa dibilang mudah, dan seringkali, kita hanya butuh ruang aman untuk berbagi dan didengarkan.

Sigit Pratama menceritakan pengalaman duka yang mengharuskannya untuk tidak menangis dan menahan rasa duka.

“Kehilangan itu ternyata proses belajar buat saya sebagai manusia, kehilangan terbesar saya ketika mama saya berpulang,” ujar Sigit.

“Di situ saya nangis, tapi tiba-tiba adik saya cuma peluk saya ngomong nya gini, ’Kalo Mas Sigit sakit, kalo kaya begitu adek gimana,’ tiba-tiba air mata saya berhenti, yang tadinya berduka, saya jadi yang mengurus semuanya,” lanjutnya.

Menurut Sigit, ketika seseorang sedang berduka akan lebih baik jika ia mengeluarkan emosinya saat itu. Jika ingin menangis, menangislah. Tanpa disadari menangis bisa membuat perasaan menjadi lebih tenang.

Sedangkan Ivy Batuta menceritakan pengalaman dukanya dengan versi yang berbeda.

“Ketika saya pulang dari luar negeri dan kebetulan saya keluar negeri ini adalah larangan dari papa saya, tapi saya lawan larangannya,” ujar Ivy.

“Dan saya baru setahun ada di sini, belum lama dan belum bermanja-manja dan berbakti sama papa saya, tapi papa saya keburu pergi, saya yang mendampingi dan melihat penghembusan napas terakhir papa,” kisahnya lagi.

Menurut Ivy, pengalaman tersebut mengajarkan agar tidak melanggar larangan orang tua, sebelum kita sebagai seorang anak menyesalinya. Disebutkan Ivy, ia sangat dekat dengan sang papa.

Menanggapi kisah tersebut, dr. Tjoeng Steven, S.p.KJ memberikan tanggapannya.

“Kita diminta mampu untuk menyelesaikan tanggung jawab pada saat itu, namun jika itu dilakukan berkepanjangan maka itu akan menjadi sebuah depresi,” ujar dr. Tjoeng Steven.

“Dan kenapa itu terjadi, karena pada saat kita mengalami duka pertama kali itu, dalam arti kehilangan sosok harusnya ayah tuh ada di situ, harusnya papa bisa saya peluk, tapi kok sudah tidak ada” lanjutnya

Loss story yang dihadirkan dalam Grief Talk ini memberikan banyak arti dan makna untuk kehidupan manusia.




Abdul Mu'ti Apresiasi Peran 'Aisyiyah dalam Wujudkan Pendidikan Inklusif di Indonesia hingga Peningkatan Kapasitas Guru

Sebelumnya

Haedar Nashir Resmi Membuka Tanwir I ‘Aisyiyah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E