Ilustrasi orang yang sedang bersedih di keramaian. (Freepik)
Ilustrasi orang yang sedang bersedih di keramaian. (Freepik)
KOMENTAR

JAUH-JAUH hari menjelang tahun 2025 tiba, para analis ekonomi menyampaikan kabar kurang sedap, bahwasanya resesi hebat akan melanda Indonesia, bahkan melibas dunia. Sederhananya, resesi itu dampaknya jauh lebih parah daripada krisis ekonomi.

Gejalanya memang sudah sangat terasa dari sekarang; daya beli semakin lemah, keuangan kian parah, lini bisnis rontok berjamaah dan angka pengangguran meledak. Tidak heran bisa banyak pihak melihat 2025 dengan kegundahan menyongsong era kegelapan. Kabarnya makin tak mengenakkan karena kalau Indonesia selamat melewatinya, maka 2027 ekonomi baru bakalan mulai pulih. Itu kalau selamat ya dari resesi, bagaimana kalau tidak? Wallahu’alam.

Pangkal masalahnya tentu pandemi Covid sejak tahun 2020 dan sampai sekarang dampaknya kian menyedihkan. Virus telah jinak tetapi ekonomi porak-poranda. Dulu semasa pandemi, orang masih bisa menyambung hidup dengan tabungan, atau menjual rumah dan mobil, atau kemudian akhirnya berutang. Kini, tabungan ludes semua harta binasa, bahkan tidak ada lagi tempat berutang.

Pandangan Islam

Apabila kita merujuk kepada Al-Qur’an, sesungguhnya analisis Nabi Yusuf cukup cemerlang, yang menyebutkan masa krisis itu lamanya 7 tahun.

Surat Yusuf ayat 4 yang artinya:

Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.”           

Jadi, kalau dihitung masa pendemi mulai tahun 2020, ya wajar bila harapan pemulihan itu di tahun 2027. Bedanya kita tidak punya pakar ekonomi setajam analisis Nabi Yusuf. Sebagai bendahara kerajaan, sebelum krisis terjadi, beliau sudah menginvestasikan persiapan matang selama 7 tahun. Sehingga begitu krisis ekonomi melanda Mesir, rakyat tetap hidup Makmur bahkan bisa membantu daerah sekitarnya seperti Madyan.

Pelajaran bagi kita, persiapkanlah diri untuk 7 tahun masa ekstrim yang bisa datang kapan saja. Bukan hanya Covid 19, sebab prahara ekonomi dapat hadir dalam berbagai wujud yang menyeramkan. Ringkas kata, jika merumuskan dari analisis Nabi Yusuf, maka butuh 7 tahun masa pemulihan dari krisis ekonomi.

Pertanyaannya, apakah pemerintah Indonesia siap menghadapi resesi yang di depan mata?

Belajar Dari Krisis

Di masa Kekhalifahan Umar bin Khattab terjadi krisis ekonomi yang membuat derita Madinah dan sekitarnya. Sang Khalifah hanya sesekali saja makan roti kasar dan beberapa teguk air minum. Sehingga sejarah menggambarkan tubuh Umar bin Khattab bagaikan pohon kering yang dipanggang matahari di musim kemarau. Adakah pemimpin Indonesia yang mau seperti Umar?

Syukurnya, jauh-jauh hari Umar bin Khattab telah berinvestasi dalam kekuatan ekonomi kekhalifahannya. Perlu dikatahui bahwa di masa Umar bin Khattab, kekhalifahan Islam adalah adikuasa dunia, terbesar kekuatannya di persada bumi. Kekuatan ekonomi tersebar di berbagai kantong kekuasaan Islam.

Sehingga bala bantuan berdatangan dari Mesir, Syam dan wilayah-wilayah Islam lainnya. Kiriman bantuan itu hadir beserta air mata umat Islam disebabkan Madinah dan sekitarnya hampir binasa dihantam krisis.

Bersama Allah

Terserahlah bagaimana jadinya analisa pakar ekonomi dan tidak masalah kalaupun resesi itu memang benar-benar datang. Sebagai hamba yang percaya kepada Allah, kita tidak akan goyah. Apa maksudnya?

Ingatlah, bahwa Allah Maha Kaya dan rezeki dari Allah itu sangat luas. Tidak akan ada krisis yang bisa menghambat curahan karunia Ilahi. Kita hanya perlu menunaikan amanah sebagai hamba, dengan berusaha bahkan berjuang keras dalam mencari nafkah. Perjuangan ini kita lihat sebagai jihad membela nyawa keluarga. Selebihnya, mengenai takaran rezeki kita tawakal sama Allah. Tidak ada rezeki yang sempit bagi hamba yang beriman.

Bahkan kita akan menjadi kufur nikmat apabila tidak meyakini kebesaran Allah. Mana mungkin Allah memberikan kehidupan bila tidak melengkapinya dengan rezeki. Lihatlah cicak yang tak punya sayap tapi makanannya nyamuk yang terbang ke sana kemari. Atas izin Allah, cicak tetap hidup dan berkembang biak dengan baik, meski perjuangannya luar biasa.

Hidup tidak akan pernah kering dari ujian dan cobaan. Tergantung bagaimana cara kita memperjuangkannya dan juga kekuatan iman kepada Allah Swt. Hanya sikap husnuzan yang akan membuat kita kuat menghadapi resesi, insya Allah! (F)




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur