AKHIRNYA, lelaki usia lewat kepala lima itu terdampar di pinggir jalan sebagai penjual gorengan. Ada juga seorang perempuan muda yang murah senyum dan rautnya senantiasa ceria. Rata-rata orang akan mengira si cantik itu adalah anaknya, ternyata itu adalah istrinya. Bagaimana ceritanya seorang dara jelita menjadi istri duda tua dan ikut serta dipanggang matahari jalanan?
Tentang Rasa Sakit
Dahulunya, pria itu adalah bos yang punya beberapa toko sepatu dan pakaian. Kesibukannya hanyalah menghitung uang, banyak karyawan yang sigap kalau diperintah. Masih ada lagi armada mobilnya yang bergerak dari pasar ke pasar berjualan di berbagai daerah.
Dalam kesempurnaan materi itu ada yang memilukan hatinya, setiap kali menyerahkan jilbab, maka istrinya selalu membuangnya. Sekian lama menikah, sang istri tidak mau menutup aurat secara sempurna. Bagamana dengan salat? Ah, terlihat keperihan di mata lelaki itu.
Roda nasib berputar dramatis, bisnis online membuat toko-tokonya kalah bersaing lalu bangkrut. Semua toko dan mobil terpaksa dilego demi penyambung hidup. Di puncak kemalangan, saat dirinya tak punya apa-apa lagi, sang istri menuntut cerai lalu menikah dengan pria lain. Sang mantan istri meninggalkan sesuatu yang sangat berharga, yakni seorang anak perempuan.
Entah bagaimana ceritanya, seorang teman membisiki bahwa dia punya keponakan perempuan yang siap menikah. Saat ta’aruf pria itu kaget melihat di hadapannya seorang gadis belia usia 20 tahunan yang jelita dan ceria. Dia guru di taman kanak-kanak. Dan yang paling kaget tentunya si gadis, sebab yang datang pria menjelang usia kepala lima, dan membawa serta seorang anak perempuan. Dengan terus-terang pria itu menceritakan kebangkrutannya dan kondisi terkini yang terdampar di pinggir jalan.
Hari itu ta’aruf berakhir dengan kesunyian di ruang hampa. Masing-masing kembali tenggelam dalam deru debu kehidupan.
Hingga kemudian si paman membawa kabar tak terduga, si gadis jelita berkeinginan menikah. Katanya sudah istikarah, dan telah mendapat petunjuk. Dia siap menikah dengan segala risiko yang harus dipikulnya. Diiringi tatapan takjub banyak orang, pernikahan yang ganjil itu pun berlangsung khidmat.
Jagat pergunjingan menyimpulkan, pria itu dapat berkah dan si gadis dapat musibah. Apakah ini cinta? Si gadis tertawa saja. Ini adalah jumpa pertama, dia hanya berpegang pada keimanan pada Tuhan. Bahkan dia bingung cinta itu seperti apa.
Si gadis ikut berjuang di pinggir jalan, kecantikannya tidak pudar meski dipanggang mentari. Sang suami menambah kerja menjajakan gorengan mulai dari subuh hari. Orang-orang tercengang, bukankan pedagang asongan itu dulunya bos sukses di pasar itu?
Sambil mengusap kepala dua bocah buah hatinya, si cantik mengutarakan keyakinannya kepada Allah. Di dunia ini banyak hal yang tak ternalar, tetapi selalu ada hikmah yang dapat dirangkai begitu syahdu.
Dulu, pria itu mendapatkan limpahan harta, tetapi istrinya terlalu jauh dari nilai-nilai agama dan terus menggoreskan luka di hatinya. Setelah dirinya kehilangan harta, justru Tuhan mendatangkan istri yang bisa diharapkan membimbing menuju surga.
Di senja yang lengang, pria itu menatap dua anaknya yang kecil-kecil. Dia berharap Allah memberinya umur untuk memperjuangkan mereka. Istrinya justru tertawa, belum pernah terlihat gundah di wajahnya.
Nabi Menginspirasi
Hidup ini tidak pernah sempurna, akan selalu ada rasa sakit. Namun, segalanya kembali lagi kepada kebijaksanaan kita memahami rahasia kehidupan. Tidak ada gunanya menyiksa diri untuk mengenang sesuatu yang menyakitkan. Bahkan kehidupan kita bukanlah di surga, dan biarkanlah ketidaksempurnaan itu berjalan sesuai takdirnya. Sedangkan kita cukup menata hati untuk tidak menderita oleh perasaan tersakiti.
Umar bin Khattab pernah menangis. Dirinya yang dikenal sebagai lelaki gagah perkasa tidak malu mengalirkan air mata. Dia terharu menyaksikan Rasulullah yang bangkit dari tidur siang. Dan di punggung suci beliau terlihar bekas bilur-bilur tikar. Bagaimana bisa seorang penguasa dunia tidurnya hanya beralaskan tikar murahan?
Ibnul Jauzi pada kitab Al-Wafa: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad (2006: 479) menerangkan:
Rasulullah membalikkan badannya sehingga Umar melihat baju Nabi tersingkap antara punggung dan seprei, lantas ia melihat ada bekas-bekas pada punggung Nabi. Umar menangis. Lalu Rasulullah bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Umar menjawab, “Demi Allah, saya menangis setelah mengetahui bahwa engkau lebih mulia dari raja-raja dan kaisar. Mereka hidup sesuai dengan kemauannya di dunia (mewah dan kaya). Sementara engkau adalah Rasulullah (utusan Allah). Seperti yang saya lihat, engkau tidur di tempat yang seperti ini (sangat sederhana).
Nabi Muhammad mengajarkan agar kita memahami kehidupan secara lapang dada. Rezeki itu banyak sumbernya. Jangan menyakiti hati sendiri dengan ekspektasi berlebihan terhadap dunia. Allah Mahaadil, dan selalu memberikan yang terbaik buat kita.
KOMENTAR ANDA