PRESIDEN Amerika Serikat Joe Biden dan PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pada Rabu (15/1) mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata multifase yang bertujuan mengakhiri perang di Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan.
Kesepakatan ini diharapkan dapat menghentikan pertempuran, memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina, serta memungkinkan reuni sandera dengan keluarga mereka.
Biden menyatakan bahwa kesepakatan tersebut mirip dengan proposal yang ia ajukan pada Mei 2024, yang mendapatkan dukungan dari Dewan Keamanan PBB.
Meskipun Israel dan Hamas belum mengonfirmasi secara resmi, pejabat yang dekat dengan negosiasi mengungkapkan bahwa kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata sementara. Pejabat Israel juga menyatakan bahwa beberapa rincian kesepakatan masih perlu diselesaikan.
Dikutip dari NPR, negosiasi untuk gencatan senjata ini berlangsung intensif selama berminggu-minggu di Doha, Qatar, dengan peran mediasi dari AS, Mesir, dan Qatar. Gencatan senjata diharapkan mulai berlaku pada hari Minggu, namun masih menunggu ratifikasi formal dari kabinet Israel.
Presiden Israel, Isaac Herzog, mendesak agar kabinet menyetujui kesepakatan tersebut, mengingat pentingnya peluang ini untuk menghentikan kekerasan lebih lanjut.
Kesepakatan ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, yang akan berlangsung selama enam minggu, gencatan senjata penuh akan diterapkan, dengan penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan sandera, termasuk warga Amerika, serta ratusan tahanan Palestina.
Tahap kedua bertujuan untuk menjadikan gencatan senjata permanen, sementara pada tahap ketiga, jenazah sandera yang meninggal dunia akan dipulangkan dan upaya pembangunan kembali Gaza dimulai.
Hamas berjanji untuk membebaskan 33 sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran, meskipun jumlah pasti sandera yang terlibat masih belum jelas. Presiden Biden juga menyatakan bahwa gencatan senjata ini akan memfasilitasi distribusi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan di Gaza.
Kesepakatan ini juga mendapat sambutan positif dari Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, yang menekankan pentingnya memberikan bantuan kemanusiaan tanpa hambatan bagi warga sipil yang terdampak. Meski begitu, serangan terus berlanjut, dengan lebih dari 50 orang dilaporkan tewas pada hari yang sama kesepakatan diumumkan.
Gencatan senjata ini merupakan yang pertama sejak November 2023, yang hanya berlangsung selama satu minggu dan mencakup pertukaran sandera antara Israel dan Hamas. Perang antara kedua pihak dimulai pada 7 Oktober 2023. Konflik ini telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Jika kesepakatan ini berjalan lancar, diharapkan akan mengakhiri salah satu konflik paling mematikan dalam sejarah modern Gaza, yang telah mengorbankan banyak nyawa dan meninggalkan dampak sosial dan kemanusiaan yang luar biasa.
KOMENTAR ANDA