NADIA Nadim, seorang pesepak bola perempuan asal Afghanistan, dikenal luas berkat prestasinya yang menginspirasi banyak orang. Ia bermain untuk klub lokal Denmark, GUG Boldklub, dan telah mencatatkan banyak prestasi gemilang dalam dunia sepak bola.
Lahir pada 2 Januari 1988, Nadia tidak hanya menjadi teladan di lapangan, tetapi juga berhasil mengukir namanya di klub-klub besar seperti Manchester City, Portland Thorns, dan Fortuna Hjørring.
Sebagai pemain, Nadia Nadim pernah membawa Paris Saint-Germain meraih gelar Divisi 1 pertama mereka, setelah mencetak 18 gol dari 27 pertandingan.
Namun, perjalanan hidupnya penuh dengan tantangan besar. Ketika Nadia berusia 11 tahun, ia terpaksa meninggalkan Afghanistan akibat perang. Kepergian itu membuatnya harus menanggung kehilangan yang mendalam, karena ayahnya dieksekusi dengan sangat kejam oleh Taliban.
Dalam situasi yang penuh kesulitan, ibunya menjual barang berharga demi memperoleh paspor dan visa, dan mereka merencanakan pelarian ke Inggris. Setelah perjalanan panjang dan penuh penderitaan, keluarga Nadim tiba di Sandholm, Denmark, tempat di mana Nadia memulai lembaran hidup barunya dan mulai mengasah bakat sepak bolanya.
Selain sukses di dunia sepak bola, Nadia Nadim juga meraih pengakuan internasional di bidang pendidikan. Pada Juli 2019, ia dinobatkan sebagai Champion for Girls and Women’s Education oleh UNESCO.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam mempromosikan olahraga, kesetaraan gender, dan pendidikan. Nadia Nadim aktif mengadvokasi hak pendidikan untuk anak perempuan di berbagai belahan dunia.
Sejak pertama kali bermain untuk tim nasional Denmark pada 2009, Nadia Nadim telah mencetak 38 gol dari 98 penampilannya di semua kejuaraan internasional. Meskipun pencapaian tersebut sangat membanggakan, Nadia tidak berhenti hanya di dunia olahraga. Ia juga mengembangkan dirinya di bidang pendidikan. Setelah menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Aarhus, Nadia kini memiliki gelar sebagai dokter bedah.
Kesuksesan Nadia dalam beradaptasi dengan kehidupan di Denmark juga patut diacungi jempol. Sejak tiba di negara tersebut, ia dengan cepat mempelajari bahasa Denmark dan kini menguasai sembilan bahasa, termasuk Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Persia, India, Arab, Dari, dan Urdu. Kemampuan bahasa yang luar biasa ini mempermudah Nadia untuk berintegrasi dengan masyarakat baru. Ia merasa sangat bersyukur bisa memulai hidup baru di Denmark, sebuah negara yang dikenal ramah terhadap pengungsi.
Perjalanan hidup Nadia Nadim adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan semangat untuk terus belajar, seseorang bisa mengatasi tantangan terbesar sekalipun dan mencapai impian-impian besar.
KOMENTAR ANDA