SONIC/PANIC Jakarta sukses digelar di M Bloc Space (22/2), menghadirkan perpaduan musik dan aksi nyata dalam menghadapi krisis lingkungan. Acara ini merupakan kolaborasi antara IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) dan M Bloc Entertainment, dengan tujuan mengamplifikasi urgensi perlindungan lingkungan di tengah maraknya kebijakan yang tidak berpihak pada keberlanjutan.
The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab (IKLIM) merupakan sebuah wadah kolektif musisi dan seniman yang peduli terhadap isu iklim dan bertujuan untuk mengajak masyarakat agar peduli dan mengarusutamakan isu perubahan iklim lewat seni dan musik. Per tahun 2025, sebanyak 28 musisi berbagai genre dari berbagai wilayah di Indonesia telah tergabung dalam kolektif ini dan meluncurkan dua album kompilasi.
Mengusung tajuk Hutan Punah, Kota Musnah, acara ini dihadiri oleh lebih dari 500 penonton dan menampilkan musisi-musisi seperti Efek Rumah Kaca ft. Adrian Yunan, Barasuara, Endah N Rhesa, Voice of Baceprot, Navicula, REP & Tuantigabelas, Matter Mos, Petra Sihombing, Made Mawut, dan Bachoxs.
Tidak hanya menjadi panggung untuk menyoroti krisis iklim, sonic/panic Jakarta juga menjadi wadah bagi musisi untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap situasi sosial-politik yang tengah ramai diperbincangkan di Indonesia. Di tengah pembatasan kebebasan berekspresi yang semakin nyata, banyak musisi menggunakan lagu-lagu mereka sebagai bentuk perlawanan dan solidaritas terhadap berbagai isu yang dihadapi masyarakat.
Dari segi musikalitas, sonic/panic Jakarta menjadi ruang kolaborasi yang dinamis, menghadirkan pertemuan lintas genre dalam berbagai momen spesial di atas panggung. Efek Rumah Kaca tampil bersama mantan personelnya, Adrian Yunan, dalam sebuah reuni yang penuh nostalgia, sebelum panggung mereka semakin semarak dengan kolaborasi bersama Robi Navicula, Iga Massardi, Petra Sihombing, dan Endah Widiastuti dari Endah N Rhesa. Penampilan dari Petra Sihombing dan Matter Mos juga turut diramaikan oleh kehadiran Teddy Adhitya.
Saat ditanya tentang bagaimana keterlibatannya di sonic/panic memengaruhi proses kreatifnya, Iga Massardi, salah satu musisi dari album kompilasi sonic/panic pertama, mengungkapkan refleksinya.
“Rasanya sangat berbeda, ya. Dalam proses menciptakan lagu, saya semakin terdorong untuk membahas hal-hal yang lebih nyata dan memiliki dasar yang kuat. Hal ini juga berpengaruh pada album terbaru saya. Secara artistik, saya ingin menyampaikan pesan, tetapi dari sisi humanis, saya semakin menyadari bahwa setiap hal yang kita konsumsi dan gunakan sehari-hari memiliki dampak. Kesadaran ini membuat saya lebih berhati-hati dan bijak dalam memilih produk yang saya gunakan.”
Acara ini hadir di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan yang berisiko memperparah eksploitasi sumber daya alam, deforestasi, serta mengancam ruang hidup masyarakat adat dan ekosistem perkotaan. Isu pembatasan kebebasan berekspresi melalui musik yang baru-baru ini terjadi juga menunjukkan bahwa suara kritis terhadap isu sosial dan lingkungan masih menghadapi tekanan.
Tagar #IndonesiaGelap, yang mencerminkan keresahan publik terhadap situasi sosial-politik saat ini, semakin menegaskan perlunya keterlibatan masyarakat dalam mengawal kebijakan negara.
Selain menjadi ruang untuk membahas urgensi perlindungan lingkungan, sonic/panic Jakarta, juga berupaya menghadirkan praktik yang lebih berkelanjutan dalam penyelenggaraannya.
Acara ini menyediakan water refill station untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai, serta memastikan tidak ada produk dengan kemasan plastik sekali pakai yang digunakan sepanjang acara, baik oleh pengunjung maupun musisi. Makanan dan minuman untuk musisi serta panitia disajikan dalam wadah yang dapat didaur ulang, dengan peralatan makan dan gelas yang dapat digunakan kembali. Bahkan, gelang panitia dibuat dari kain perca sebagai bentuk komitmen terhadap pengurangan limbah.
Upaya ini menegaskan bahwa industri musik dapat mengambil langkah nyata untuk lebih ramah lingkungan, sekaligus menginspirasi ekosistem musik yang lebih sadar akan dampaknya terhadap bumi.
sonic/panic Jakarta juga bertujuan untuk mengamplifikasi pesan tentang krisis iklim lewat lagu-lagu dari album sonic/panic dan sonic/panic Vol. 2 ke audiens yang lebih luas, setelah sebelumnya diluncurkan melalui IKLIM Fest yang digelar pada tahun 2023 dan 2024 di Bali, serta roadshow di Yogyakarta dan Malang. Album sonic/panic sendiri merupakan sebuah kompilasi multi-genre yang menghadirkan warna suara kaya yang disatukan oleh satu fokus utama yaitu panggilan mendesak untuk aksi iklim.
Album kompilasi sonic/panic dan sonic/panic Vol.2 telah melibatkan 28 musisi dari berbagai genre yang menyuarakan keprihatinan dan harapan mereka terhadap masa depan bumi. Dengan energi dan semangat yang terbangun di Jakarta, musisi-musisi yang tergabung dalam inisiatif IKLIM akan terus bergerak. Musik sebagai alat perlawanan tidak berhenti di satu panggung, pesan ini akan terus menggema di berbagai ruang dan platform, menghubungkan lebih banyak orang dalam perjuangan menghadapi krisis iklim.
Album sonic/panic dan sonic/panic Vol.2 merupakan dua kompilasi multi-genre yang menghadirkan warna suara kaya dari hip-hop, rock, blues, elektronika, reggae, pop, hingga world music. Disatukan oleh satu fokus utama, panggilan mendesak untuk aksi iklim, dua album ini menjadi platform bagi musisi untuk menyuarakan keresahan dan harapan mereka terhadap masa depan bumi. Album sonic/panic dirilis pada tahun 2023 dengan 13 musisi yang terlibat dan sonic/panic Vol.2 pada tahun 2024 dengan 15 musisi yang turut berkontribusi dalam gerakan ini.
Musisi yang terlibat dalam album sonic/panic yang rilis di tahun 2023 meliputi Endah N Rhesa, FSTVLST, Guritan Kabudul, Iga Massardi, Iksan Skuter, Kai Mata, Made Mawut, Navicula, Nova Filastine, Prabumi, Rhythm Rebels, Tony Q Rastafara, dan Tuan Tigabelas. Sementara musisi yang terlibat dalam album sonic/panic Vol. 2 di tahun 2024 meliputi Asteriska, Bachoxs, Bsar, Daniel Rumbekwan, Down For Life, Efek Rumah Kaca, Jangar, LAS!, Matter Mos, Petra Sihombing, Poker Mustache, Rhosy Snap, The Vondallz, Voice of Baceprot, dan Wake Up Iris! Album sonic/panic dan sonic/panic Vol.2 dapat didengar di seluruh platform musik digital.
Tentang MDE
MDE adalah sebuah wadah kolektif yang terdiri dari seniman, profesional, dan individu industri musik, serta organisasi yang berkomitmen untuk melindungi kehidupan di bumi.
Indonesia menjadi negara Asia pertama yang tergabung dalam gerakan global ini. Dengan slogan “No Music on a Dead Planet”, atau tak ada musik di planet yang mati, gerakan global ini telah didukung oleh artis internasional seperti Billie Eilish, Thom Yorke dari Radiohead, Massive Attack, Tom Morello dari Rage Against The Machine, Jarvis Cocker dari Pulp, Kevin Parker dari Tame Impala, dan masih banyak lagi. Follow akun Instagram Music Declares Emergency Indonesia di @musicdeclares_indonesia.
KOMENTAR ANDA