MESKIPUN puncak musim hujan di Indonesia telah berlangsung pada Januari hingga Februari 2025, curah hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem masih mengguyur berbagai wilayah pada Maret ini.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, apakah awal musim kemarau tahun ini akan mundur?
Menurut Direktur Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab, beberapa wilayah di Indonesia, khususnya bagian selatan seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), diperkirakan akan mengalami curah hujan di atas normal dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini berpotensi menyebabkan musim kemarau datang lebih lambat dari biasanya.
Sebaliknya, wilayah Sumatra dan Kalimantan diprediksi mengalami curah hujan yang cenderung normal hingga di bawah normal. Akibatnya, beberapa daerah di kedua pulau ini justru bisa memasuki musim kemarau lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Akhir musim hujan 2024/2025 kemungkinan akan mundur, terutama di wilayah dengan curah hujan bulanan di atas normal pada beberapa bulan mendatang," ungkap Fachri dalam keterangan resminya pada Sabtu (8/3). Namun, ia menegaskan bahwa kepastian terkait kemunduran atau percepatan awal musim kemarau masih perlu dipantau lebih lanjut.
BMKG menjelaskan bahwa hujan yang masih terjadi pada Maret 2025 dipengaruhi oleh beberapa faktor atmosfer, termasuk gelombang Kelvin dan Low Frequency, Bibit Siklon Tropis 98S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu, serta sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera Utara.
Tak hanya itu, BMKG juga memprediksi bahwa curah hujan dengan intensitas tinggi hingga sangat tinggi masih akan terus terjadi pada dasarian II atau periode 11-20 Maret 2025. Dengan kondisi ini, masyarakat di wilayah terdampak diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
KOMENTAR ANDA