DALAM talk show Ramadan Antikorupsi yang digelar di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta (12/3), Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Fitroh Rohcahyanto membahas urgensi pemberantasan korupsi melalui nilai-nilai agama. Menag menegaskan bahwa semua agama menolak korupsi, sebagaimana telah diajarkan dalam kitab suci dan kisah para nabi.
Menteri Agama bahkan menulis buku ”Teologi Korupsi” mengenai berbagai bentuk korupsi yang terjadi sejak masa para nabi. Salah satu kisah inspiratif yang diangkat dari buku tersebut adalah ketegasan Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan keadilan. Ketika mendapat laporan bahwa putrinya, Fatimah, menggunakan kalung dari harta rampasan perang, Nabi tidak memberikan perlakuan istimewa.
Beliau dengan tegas memerintahkan pengembalian kalung itu dan bersabda, “Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya.” Sikap ini menunjukkan bahwa hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu.
Keteladanan lain datang dari Umar bin Khattab. Saat menerima sajadah mewah dari Gubernur Kufah, ia menolaknya karena merasa hadiah itu tidak pantas diterima selagi rakyatnya masih banyak yang kekurangan. Begitu pula dengan Umar bin Abdul Aziz yang mematikan lampu kantor saat berdiskusi dengan anaknya tentang urusan pribadi, karena lampu itu dibiayai negara.
Menag juga berbagi pengalaman pribadinya selama 12 tahun di Kementerian Agama. Ia memilih tidak tinggal di rumah dinas demi menghindari penyalahgunaan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Baginya, integritas adalah kunci keberkahan hidup.
Lebih dari sekadar penegakan hukum, pemberantasan korupsi adalah upaya menjaga diri dari perbuatan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam kesengsaraan.
“Kita tidak butuh harta melimpah, tapi keberkahan. KPK bukan sesuatu yang menakutkan, tapi justru vitamin kehidupan agar kita bisa hidup lebih baik dan bermakna,” ujar Menteri Nasaruddin Umar, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI.
Keteladanan para pemimpin terdahulu mengajarkan bahwa kejujuran dan integritas adalah investasi terbesar bagi kehidupan yang penuh makna. Dengan menanamkan nilai-nilai antikorupsi dalam setiap aspek kehidupan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan berkah.
KOMENTAR ANDA