Jurnalis muda Hossam Shabat saat bertugas. (X/@HossamShabat)
Jurnalis muda Hossam Shabat saat bertugas. (X/@HossamShabat)
KOMENTAR

DUNIA kehilangan seorang jurnalis muda yang penuh dedikasi, Hossam Shabat, yang gugur dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza (24/3).

Hossam, yang bekerja untuk Al Jazeera Mubasher, dikenal atas komitmennya dalam meliput kondisi rakyat Palestina meski dengan risiko besar. Kematian Hossam menjadi pengingat tragis tentang tantangan yang dihadapi oleh para jurnalis di wilayah konflik dan bagaimana suara mereka sering kali dibungkam dalam kekerasan.

Beberapa saat setelah kepergiannya, tim Hossam membagikan pesan terakhirnya melalui akun Instagram pribadinya (@hossam_shbat). Dalam pesan yang menyentuh hati tersebut, Hossam menulis, "Jika Anda membaca ini, itu berarti saya telah dibunuh—kemungkinan besar secara sengaja oleh pasukan pendudukan Israel."

Kata-kata itu tidak hanya mencerminkan keteguhan hati seorang jurnalis yang berjuang untuk menyampaikan kebenaran, tetapi juga menjadi bukti bahwa ia sadar akan risiko yang ia hadapi dalam pekerjaan sehari-harinya.

Dalam postingan yang penuh semangat, jurnalis berusia 23 tahun itu melanjutkan dengan, "Saya telah menghabiskan setiap momen hidup saya untuk rakyat saya. Saya mendokumentasikan kengerian di Gaza utara, menit demi menit, bertekad untuk menunjukkan kepada dunia kebenaran yang coba disembunyikan."

Pesan tersebut bukan hanya tentang dirinya, tetapi tentang perjuangan rakyat Palestina yang terus menerus berhadapan dengan penindasan dan kekerasan.

Hossam menutup pesan tersebut dengan permintaan yang menggugah hati: "Saya mohon sekarang: jangan berhenti berbicara tentang Gaza. Jangan biarkan dunia berpaling. Terus berjuang, terus ceritakan kisah kami—hingga Palestina bebas."

Pesan terakhir Hossam Shabat adalah seruan untuk solidaritas global. Ia ingin dunia tahu tentang penderitaan Gaza, dan lebih dari itu, ia ingin semua orang di dunia memastikan bahwa suara-suara yang tertindas tidak akan pernah hilang begitu saja.

Dilansir dari berbagai sumber, Hossam Shabat dikenal rekan-rekannya sebagai sosok muda yang hangat dan humoris. Beberapa waktu terakhir, ia memang diawasi ketat oleh Israel. Ia mendapat label ’teroris’ dan masuk dalam hit list tentara Israel. Ayah dan ibu Hossam mengenang putra mereka sebagai seorang pahlawan. Tak hanya melaporkan fakta yang terjadi di Gaza, Hossam juga aktif memanfaatkan jaringannya untuk membawa bantuan kemanusiaan ke masyarakat yang sulit dijangkau.

Di hari yang sama, kematian juga menjemput jurnalis Palestine Today TV Mohammed Mansour. Hossam Shabat, sebelum kematiannya, bahkan sempat menulis artikel tentang Mansour yang dibunuh di apartemennya. Sejak Oktober 2023, Israel diketahui telah membunuh 206 jurnalis.

Hossam Shabat telah memberikan hidupnya untuk mengungkapkan kebenaran, dan kini, tugas setiap orang adalah meneruskan perjuangan itu, memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah terlupakan.




Catat Laba Bersih Rp378,8 Miliar di Tahun 2024, SeaBank Tumbuh Solid Tiga Tahun Berturut-turut

Sebelumnya

Kisah Masjid Izzatul Islam yang Ramah Jemaah Disabilitas

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon