PULUHAN ribu warga Maroko turun ke jalan di ibu kota Rabat (6/4) memprotes serangan brutal Israel terhadap Gaza dan penderitaan yang dialami oleh penduduk Palestina. Protes ini juga ditujukan kepada Amerika Serikat, khususnya atas dukungannya terhadap perang yang telah berlangsung selama 18 bulan.
Dilansir Al Jazeera, demonstrasi ini menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir, dengan pengunjuk rasa menginjak-injak bendera Israel, membawa spanduk bertuliskan nama pemimpin Hamas yang telah tewas, serta poster yang menggambarkan warga Palestina yang mengungsi bersama dengan Presiden AS Donald Trump.
Penyelenggara aksi mengecam kampanye militer Israel yang telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa warga Palestina dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi sejak Israel menghancurkan gencatan senjata bulan lalu dengan serangan udara dan darat yang intensif. Sejak perang dimulai, lebih dari 50.700 warga Palestina tewas dan lebih dari 115.300 orang terluka.
Protes yang digelar di Maroko ini juga sejalan dengan aksi serupa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk Tunisia, Yaman, dan kota ekonomi Maroko, Casablanca. Warga Maroko, banyak di antaranya memandang kebijakan AS—baik di bawah kepemimpinan Trump maupun Biden—sebagai kelanjutan dari dukungan terhadap kebijakan militer Israel.
“Kebijakan mereka mungkin berbeda dalam nada, tetapi tidak dalam substansi,” ujar Mohammed Toussi, seorang pengunjuk rasa yang datang dari Casablanca.
Sementara itu, Abdelhak El Arabi, seorang penasihat politik, dengan tegas mengatakan, "Gaza sedang dihapus dari peta."
Sementara pemerintah Maroko tampak memberi toleransi pada sebagian besar demonstrasi, beberapa aktivis yang dikaitkan dengan kritik terhadap kedutaan asing atau monarki telah ditangkap. Selain itu, banyak pengunjuk rasa yang masih marah terhadap keputusan Maroko pada 2020 untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, sebuah langkah yang masih memicu kontroversi di kalangan masyarakat.
KOMENTAR ANDA