Ilustrasi orang-orang muda di sebuah kantor. (Freepik)
Ilustrasi orang-orang muda di sebuah kantor. (Freepik)
KOMENTAR

WAKTU, meskipun jumlahnya pasti, namun sifatnya menjadi relatif. Dalam waktu yang sama, produktivitas seseorang bisa jadi berbeda dengan orang lain. Bahkan jika dihadapkan pada pekerjaan yang sama, ada orang yang berhasil menuntaskan pekerjaannya, ada yang hanya separuh, bahkan ada yang kerap terdistraksi sehingga tak sampai sepertiga pekerjaan selesai.

Bagaimana agar 24 jam yang kita miliki bisa dimanfaatkan secara optimal tanpa kehilangan makna?

Hebbie Agus Kurnia, seorang entrepreneur dan marketing expert membagikan tips menjalani hidup secara optimal dengan membagi harinya ke dalam 3 bagian, seperti diunggah akun Instagram @iqbalhape.

Apa saja ketiga zona waktu itu?

Build up

Waktu antara pukul 03.30 hingga 06.30 pagi adalah momen emas—masa teduh yang penuh ketenangan sebelum dunia benar-benar terjaga. Inilah saat terbaik untuk menyendiri, merenung, menyusun niat, dan merancang hari.

Kita diberi ruang untuk menyiapkan mental, menyusun prioritas, dan memulai hari dengan kesadaran penuh. Jangan sia-siakan golden hours ini—karena apa yang kita tanam di pagi hari akan kita tuai sepanjang hari.

Ready to go

Dari pukul 07.30 pagi hingga 15.00 sore adalah fase produktivitas utama. Fokus, kerja keras, dan dedikasi menjadi kunci. Inilah saat di mana kita mewujudkan rencana yang telah disusun pagi tadi. Setiap langkah yang kita ambil membawa kita lebih dekat pada tujuan dan impian.

Sharing Time

Mulai pukul 19.00 hingga 22.00 malam adalah waktu untuk berbagi. Chat dengan teman, balas pesan yang tertunda, atau sekadar mendengar cerita orang lain. Di sini kita belajar bersyukur—menyadari bahwa selelah-lelahnya kita, selalu ada yang mungkin menghadapi lebih berat. Waktu ini menguatkan empati, memperdalam koneksi, dan mengingatkan bahwa kita tidak sendiri.

Tak ada ruginya mencoba mengaplikasikan tiga zona waktu tersebut untuk meraih kesuksesan sekaligus kebahagiaan.




Belajar dari Gaya Hidup Hemat Perempuan Jepang: Sederhana tapi Berdampak Besar

Sebelumnya

Bangkit dan Produktif: 8 Sikap yang Perlu Ditinggalkan Agar Perempuan Bisa Maju

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Family