DI balik setiap rupiah yang dikirim pulang dari luar negeri, ada cerita perjuangan perempuan Indonesia yang luar biasa. Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyebut bahwa para pekerja migran perempuan adalah kekuatan besar di balik pertumbuhan ekonomi bangsa.
“Mereka bukan hanya membantu ekonomi keluarga, tapi juga menggerakkan ekonomi daerah hingga nasional,” ujarnya, Senin (21/4), di Jakarta—seperti dilaporkan ANTARA.
Data menunjukkan, sejak tahun 2000 hingga 2025, ada lebih dari 624 ribu perempuan Indonesia yang menjadi pekerja migran. Angka itu bukan sekadar statistik—itu adalah potret semangat, ketangguhan, dan dedikasi perempuan Indonesia di seluruh penjuru dunia.
Karena itu, Karding sangat mengapresiasi upaya OJK dan Bank Indonesia yang memberikan edukasi keuangan bagi para PMI, terutama perempuan. Tujuannya jelas: agar setelah bekerja di luar negeri, mereka bisa pulang membawa harapan, bukan hanya pengalaman.
Sayangnya, masih ada yang kembali dengan tangan kosong. Ada yang uangnya habis digunakan keluarga tanpa pengawasan, ada pula yang dikhianati oleh pasangan. Tapi di sisi lain, ada pula cerita yang membuat bangga: seorang PMI yang pernah bekerja di Korea Selatan kini memiliki usaha sendiri, mempekerjakan 50 orang, dan omzetnya mencapai Rp500 juta!
“Inilah kenapa pentingnya literasi keuangan,” tegas Karding.
“Kalau dikelola dengan baik, pekerja migran perempuan bisa pulang sebagai juragan.”
Tepat di Hari Kartini, program literasi keuangan bertema "Perempuan Berdaya dan Cerdas Finansial" diluncurkan dengan semangat luar biasa. Karena hari ini, menjadi perempuan bukan hanya tentang bermimpi besar—tapi juga tentang pulang membawa perubahan.
KOMENTAR ANDA