LISA atau Ridwan, siapa yang benar? Siapa yang salah? Di tengah derasnya opini publik dan drama yang bergulir, kita kadang lupa bahwa hidup kita sendiri juga butuh perhatian. Apalagi saat ini, tantangan hidup bukan main-main.
Gejolak ekonomi makin terasa. Di awal 2025, pendapatan pajak negara turun drastis. Harga emas sempat naik bikin semangat, tapi lalu turun lagi. Harga kelapa masih mentok di belasan ribu rupiah. Sementara itu, PHK makin banyak, dan bahkan pabrik pun dipalak preman. Rasanya, hidup makin pelik dan sempit.
Tapi di balik semua itu, selalu ada celah untuk bertahan—bahkan tumbuh. Banyak orang mulai menemukan peluang baru. Afiliator dan content creator meraup cuan besar dari rumah. Virtual assistant tumbuh subur, bekerja remote dengan waktu fleksibel dan tetap bahagia. Apa yang mereka lakukan? Mereka gesit, kreatif, dan tahu kapan harus rehat, kapan harus gas pol.
Sementara kita dihadapkan juga pada berita-berita gelap—mulai dari teror pada jurnalis, dugaan pembunuhan, sampai pelecehan oleh oknum tenaga kesehatan—semuanya bisa menguras emosi. Kalau kita tak pandai menjaga diri, iman, dan jiwa, depresi bisa dengan mudah menyelinap.
Jadi bagaimana agar tetap waras, tetap optimis?
Menepi sejenak dari riuh informasi. Boleh kok, mute notifikasi. Dengarkan tubuh dan hati sendiri. Perkuat koneksi spiritual. Pelajari keterampilan baru, mulai dari keuangan digital sampai content creation. Buka mata pada peluang kecil di sekeliling kita. Dan jangan lupa: sehat jiwa itu modal utama mencari cuan.
Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan. Karena di tengah dunia yang kacau, kita tetap bisa memilih: untuk tetap utuh, kuat, dan berdampak.
KOMENTAR ANDA