KOMENTAR

b. Gunakan mata hati untuk melihat setiap perkembangan fitrah anak-anak. Sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya.

 

c. Pahami fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja. Mulai dari Fitrah Ilahiyah, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat, Fitrah Perkembangan, Fitrah Seksualitas dll.

 

d. Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogkan diri kita dengan seorang petani organik, tidak menggegas benih untuk segera berbuah. Tidak menambahkan zat-zat kimia yang akan memicu pertumbuhannya sehingga di luar batas kewajaran.

 

e. Tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses. Semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi, hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.

 

f. Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. Bersama anak itu berarti orangtua dan anak berinteraksi mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. Waktu dengan anak, orangtua dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan pikiran kita entah kemana.

 

g. Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena anak anda “very limited special edition”
 

h. Mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dan yang sejenisnya, tetapi mendidik sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.

 

i. Tumbuhkan gairah anak dalam belajar dan bernalar daripada hanya sekedar menjejalkan informasi pelajaran. Banyak guru dan orangtua  yang bingung memberikan muatan-muatan pelajaran ke anak-anaknya tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus melakukannya.

 

j. Tumbuhkan rasa cintanya terlebih dahulu terhadap sesuatu, misal tumbuhkan rasa cintanya ke Sang Khalik, sebelum kita menyuruhnya shalat lima waktu, karena orang yang jatuh cinta itu pasti selalu ingin bertemu tanpa disuruh. Tumbuhkan rasa cintanya terhadap buku, sebelum menggegasnya untuk bisa membaca. Kuncinya jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya.

 

Kembali Ke Fitrah Iman
Setiap anak  lahir dalam keadaan beriman, bersaksi bahwa Allah sebagai RabbNya. Tidak ada yang tidak cinta Tuhannya. Maka apabila seiring berjalannya waktu, bertambahnya umur anak menempatkan Allah bukan di urutan pertama dan utama dalam kehidupannya,  mengalahkannya dengan segala sesuatu yang dipertuhankan  di muka bumi ini, saatnya kita mengembalikan fitrah tersebut.  Dekatkan ia kembali kepada Sang Pemilik Cinta.
 

Anak-anak usia 0-2 tahun, masih tinggi rasa cintanya pada sang Khalik, maka tugas orangtuanya adalah merawat benih tersebut dengan selalu bershalawat ketika memberinya air susu ibu, bukan justru sekedar memberi air susu, tapi mata, hati dan pikiran kita tertuju kepada yang lain. Perbanyak doa agar kita dikuatkan untuk merawat benih cinta yang dibawa anak ini sejak lahir.

 

Anak-anak usia 2-7 tahun, kayakan wawasan anak,nyatakan rasa cinta kepadaNya dengan melihat sebanyak-banyaknya ciptaanNya. Itulah cara anak merawat rasa cinta yang pernah terpateri di ruh dan hatinya ketika di alam rahim.

 

Anak-anak usia 7-14 th, kayakan kegiatan anak-anak, sehingga ia memiliki kemampuan untuk membaca diri,membaca alam, membaca jaman dan membaca kehendak Allah pada kehidupannya. Ada proses penerimaan dan syukur tak terhingga dengan keberadaan dirinya. Kondisi ini membuat rasa cinta kepada sang Khalik  makin membuncah. Shalat lima waktu sudah tidak lagi jadi masalah, karena itulah saat yang dinanti-nanti oleh anak, untuk bertemu yang dicintainya.

 

Usia 14 tahun ke atas, anak sudah aqil baligh, kayakan gagasannya, agar ia mampu menjadi khalifah di muka bumi ini. Sehingga mampu memikul kewajiban syariah secara individual dan komunal.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting